(Vibiznews-Commodity) – Diakhir perdagangan komoditas sesi Amerika Kamis (30/05) dini hari tadi, harga minyak jatuh dalam perdagangan yang volatile dan sempat anjlok ke posisi terendah 12 pekan yang terbebani oleh terbakarnya kekhawatiran pasar akan terganggunya permintaan global pasca ancaman China membalas serangan perdagangan Amerika Serikat.
Padahal secara fundamental, harga minyak mendapat dukungan dari beberapa faktor yang telah membatasi pasokan minyak global sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh OPEC serta dampak sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela. Kemudian yang terbaru ditutupnya pipa minyak Oklahoma pasca banjir melanda Midwest.
Harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional untuk harga minyak mentah berada di $69,46 per barel yang turun 66 sen atau 0,9%, setelah mencapai sempat turun ke posisi $68,08.
Demikian juga harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,6% menjadi $58,81 per barel, setelah sempat anjlok ke posisi terendah $56,88 yang terendah sejak 12 Maret 2019.
Kekhawatiran tentang eskalasi lebih lanjut dari sengketa perdagangan AS-Tiongkok, pemerintah Beijing berencana akan membatasi ekspor mineral rare earth yang sangat penting bagi industri teknologi AS. Tindakan ini dilakukan untuk menyerang balik dalam perang dagang dengan Amerika Serikat.
Kekhawatiran perdagangan dan kekhawatiran perlambatan permintaan global ini telah menekan investor untuk menghindari aset berisiko seperti ekuitas dan minyak secara global dan memburu aset safe haven seperti obligasi pemerintah Jerman dan AS.
Untuk perdagangan selanjutnya, analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak WTI selanjutnya dapat turun menemui posisi support di 57.52 – 54.35. Namun jika terjadi pergerakan sebaliknya akan mendaki ke resisten 59.60 – 60.95.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang