(Vibiznews-Commodity) – Harga minyak mentah turun untuk hari kedua pada perdagangan sesi Asia hari Selasa (16/07) karena lebih banyak fasilitas produksi kembali beroperasi di Teluk Meksiko setelah Badai Barry melanda selama akhir pekan. Selain itu sentimen negatif pasar datang dari lemahnya ekonomi China meredupkan prospek permintaan minyak mentah.
Harga minyak mentah berjangka Brent atau minyak acuan internasional turun 10 sen atau 0,2% pada $66,38 per barel , perdagangan sebelumnya turun 0,4%. Demikian juga dengan harga minyak mentah WTI AS turun 10 sen atau 0,2% menjadi $59,48 per barel, setelah perdagangan sebelumnya turun sekitar 1%.
Harga minyak untuk kedua kontrak berjangka diatas pekan lalu membuat keuntungan mingguan terbesar mereka dalam tiga minggu karena persediaan minyak AS turun dan ketegangan diplomatik meningkat di Timur Tengah.
Tetapi ketika produsen pada hari Senin mulai memulihkan sebagian dari hampir 74% dari output yang ditutup di platform teluk Meksiko. Padahal sebelum Badai Barry datang, kekhawatiran tentang kelebihan pasokan terangkat.
Dan sementara data China pada hari Senin menunjukkan output industri dan data ritel mengalahkan ekspektasi, angka keseluruhan menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartalan paling lambat di negara itu dalam beberapa dekade.
Kapasitas minyak China naik ke rekor 13,07 juta barel per hari pada Juni, naik 7,7% dari tahun sebelumnya, menyusul dimulainya dua kilang besar baru. Namun, pertumbuhan ekonomi hanya 6,2% pada kuartal kedua 2019 – yang terlemah dalam 27 tahun sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa lebih banyak insentif mungkin diperlukan untuk memulai ekonomi.
Untuk perdagangan selanjutnya, analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak WTI akan meluncur ke posisi support 58.80 – 57.30. Namun jika bergerak kuat akan mendaki ke posisi resisten 60.15 – 61.50.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang