(Vibiznews-Commodity) – Harga minyak mentah pada perdagangan komoditas energy sesi Asia hari Senin (02/09) bergerak naik dari posisi awal sesi yang dibuka lebih rendah dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Reboundnya harga minyak didapat dari laporan perusahaan-perusahaan energi Amerika Serikat memotong rig pengeboran selama sembilan bulan berturut-turut ke level terendah sejak Januari tahun lalu.
Sentimen yang minor ini berhasil meredam berita diberlakukan tarif impor oleh Amerika Serikat dan Cina sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak mentah. Amerika Serikat mulai memberlakukan tarif 15% untuk berbagai barang China pada hari Minggu seperti alas kaki, jam tangan pintar, dan televisi layar datar, setelah China memberlakukan bea masuk baru terhadap minyak mentah AS.
Harga minyak mentah berjangka Brent yang juga harga minyak mentah acuan internasional turun $1,47 atau 2,43% pada $ 59.00 per barel. Demikian juga dengan harga minyak mentah berjangka AS atau minyak WTI turun 1 sen atau 0,01% pada $55.00.
Pekan lalu harga minyak mentah berjangka sempat bergerak tinggi oleh pernyataan pemerintah China yang berencana akan melakukan negoisasi kembali sehingga meredakan ketegangan perang dagang.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kedua pihak masih akan bertemu untuk pembicaraan akhir bulan ini. Namun Trump menulis di Twitter, mengatakan tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan AS pada Cina dan dia kembali mendesak perusahaan-perusahaan Amerika untuk mencari pemasok alternatif di luar China.
Untuk perdagangan selanjutnya secara teknikal menurut analyst Vibiz research Center, harga minyak WTI diperkirakan berusaha mendaki ke posisi resisten 55.98 – 56.45. Namun jika terjadi pergerakan sebaliknya akan turun ke posisi support 54.01 – 53.15.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang