Bursa Wall Street Berakhir Negatif; Lonjakan Minyak Picu Kekhawatiran Perlambatan Global

1039

(Vibiznews – Index) Bursa Saham AS ditutup jatuh pada Selasa dinihari tadi (18/09) terpicu kekhawatiran pengaruh lonjakan harga minyak akibat serangan di Arab Saudi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 142,70 poin, atau 0,5% menjadi 27.076,82. Itu adalah penurunan pertama dalam sembilan hari untuk Dow.

Indeks S&P 500 mundur 0,3% menjadi ditutup pada 2.997,96.

Indeks Nasdaq juga turun 0,3% menjadi 8.153,54.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate melonjak lebih dari 14%, membukukan kenaikan satu hari terbesar sejak 2008. WTI secara singkat naik lebih dari 15% semalam. Kenaikan tajam datang setelah serangkaian serangan drone pada hari Sabtu menghancurkan sekitar setengah dari produksi minyak mentah harian Arab Saudi. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada hari Senin bahwa serangan itu merupakan tanggapan timbal balik terhadap serangan di Yaman.

Saudi Aramco, perusahaan minyak nasional Arab Saudi, dilaporkan akan mencoba memulihkan sekitar sepertiga dari produksi negara itu pada hari Senin.

Saham General Motors turun 4,3% setelah serikat United Auto Workers mogok setelah pembicaraan kontrak antara kedua entitas mogok. Harga bensin yang lebih tinggi juga berpotensi menurunkan penjualan.

Maskapai JetBlue Airways dan United Airlines masing-masing turun setidaknya 2,8% sementara American Airlines kehilangan 7,3%. Devon Energy meroket lebih dari 12% sementara Marathon Oil melonjak 11,6%. Emiten Dow, Exxon Mobil dan Chevron masing-masing naik lebih dari 1%. The Energy Select Sector SPDR Fund (XLE) mengalami hari terbaik tahun ini, melonjak 3,41%.

Presiden AS Donald Trump mentweet pada hari Minggu sebelum perdagangan minyak berjangka AS dibuka, dapat menggunakan minyak dari Strategic Petroleum Reserve untuk menjaga pasar terpasok dengan baik.

Harga minyak yang secara konsisten lebih tinggi dapat menyebabkan kenaikan harga bahan bakar. Ini akan memberi lebih banyak tekanan pada ekonomi global yang sudah mengatasi sektor manufaktur yang melambat dan pertumbuhan yang sangat rendah.

Sentimen juga tertekan setelah produksi industri China jatuh ke level terendah baru 17½ tahun. Produksi naik 4,4% pada Agustus sementara analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan 5,2%. Perlambatan produksi industri terjadi ketika China dan AS tetap terlibat dalam perang dagang.

Malam nanti akan dirilis data Produksi Industri dan Produksi Manufaktur bulan Agustus yang diindikasikan negatif.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Wall Street akan terus tertekan jika harga minyak terus naik, namun jika pemulihan produksi minyak Arab Saudi terjadi akan dapat menguatkan bursa. Namun jika malam nanti data Produksi Industri dan Produksi Manufaktur terealisir negatif dapat menekan bursa. Perkembangan perang dagang AS-China juga masih terus menjadi perhatian.

 

Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting
  • TAGS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here