(Vibiznews – Index) Bursa Saham AS ditutup turun tajam pada hari Rabu (02/10) tertekan kekhawatiran resesi ekonomi.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 494,42 poin, atau 1,9% menjadi ditutup pada 26.078,68. Dow juga menembus di bawah MA 50-hari dan 100-hari, dua level teknis yang diawasi oleh para pedagang.
Indeks S&P 500 kehilangan 1,8% menjadi 2.887,61 jatuh di bawah MA 100-hari karena sektor teknologi turun 2%. Semua 11 sektor S&P 500 turun, dengan 10 dari mereka meluncur setidaknya 1,2%.
Indeks Nasdaq turun 1,6% menjadi 7.785,25 karena perusahaan teknologi besar mengikuti pasar yang lebih rendah. Amazon, Apple dan Alphabet semua turun setidaknya 1,3%. Saham Microsoft juga turun 1,8%.
Ekuitas turun pada hari kedua kuartal keempat setelah Institute for Supply Management mengatakan aktivitas manufaktur AS turun bulan lalu ke level terendah dalam lebih dari 10 tahun.
Kekhawatiran resesi ekonomi juga dipicu melemahnya data ADP Employment Change AS. Bisnis swasta di Amerika Serikat mempekerjakan 135 ribu pekerja pada September 2019, lebih sedikit dari yang diharapkan 140 ribu dan dibandingkan dengan Agustus yang direvisi turun 157 ribu.
Data yang lemah mengirim indeks utama jatuh pada hari Selasa, hari pertama kuartal keempat. Dow turun lebih dari 300 poin sementara S&P 500 turun 1,2%, penurunan satu hari terbesar sejak 23 Agustus. Kerugian itu cukup untuk menghapus kenaikan Dow dan S&P 500 untuk seluruh kuartal ketiga. Kedua indeks naik 1,2% pada kuartal sebelumnya.
Pejabat China dan AS dijadwalkan bertemu di Washington minggu depan. Kedua belah pihak telah berperang sejak tahun lalu yang telah menggetarkan sentimen investor dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi.
Malam nanti akan dirilis data ekonomi ISM Non Manufacturing PMI September yang diindikasikan melemah.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Wall Street akan bergerak lemah jika data ISM Non Manufacturing PMI September AS terealisir turun. Namun jika ada sentimen positif lain seperti optimisme perang dagang dan lainnya, akan mengangkat bursa Wall Street.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting