(Vibiznews – Index) Bursa Saham AS sempat mencapai rekor baru pada hari Senin namun sebelum penutupan sedikit berubah karena investor mencerna sinyal campuran di sekitar pembicaraan perdagangan AS-China.
Indeks Dow Jones Industrial Average mengakhiri hari dengan hanya 31,33 poin, atau 0,1% pada 28.036,22.
Indeks S&P 500 naik 0,05% menjadi 3.122,03
Indeks Nasdaq ditutup 0,1% lebih tinggi pada 8.549,94.
Disney adalah saham Dow berkinerja terbaik, naik 2%. Real estate dan konsumen keduanya naik setidaknya 0,6% untuk memimpin S&P 500 lebih tinggi.
Namun indeks utama gagal membukukan kenaikan signifikan setelah CNBC melaporkan, dengan mengutip sumber pemerintah, bahwa para pejabat China pesimis tentang prospek kesepakatan perdagangan AS-China. China bermasalah dengan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan baru-baru ini tidak akan menurunkan tarif karena mereka pikir kedua belah pihak sepakat untuk melakukannya secara prinsip.
Laporan itu muncul setelah media pemerintah China mengatakan pada akhir pekan bahwa China dan AS melakukan pembicaraan perdagangan “konstruktif”, mencatat Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He tentang masalah inti untuk perjanjian perdagangan fase satu .
Kesepakatan fase satu diumumkan bulan lalu dan diharapkan akan ditandatangani bulan ini. Optimisme di sekitar perjanjian itu, ditambah dengan kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve, membantu memicu reli pasar saham ke rekor tertinggi.
Selama sebulan terakhir, Dow dan S&P 500 keduanya naik lebih dari 4%. Sementara Nasdaq naik 5,8% pada waktu itu. Dow juga ditutup di atas 28.000 untuk pertama kalinya pada hari Jumat.
Dalam berita perusahaan, saham Coty naik lebih dari 2% setelah perusahaan mengumumkan mengambil 51% saham di Kylie Cosmetics, perusahaan makeup Kylie Jenner.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Wall Street untuk perdagangan selanjutnya berpotensi lemah jika tidak ada kemajuan dalam kesepakatan dagang AS-China, dimana suasana pesimisme terjadi di China karena Presiden AS Donald Trump belum mau menurunkan tarif barang-barang China.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting