(Vibiznews – IDX Stocks) – Pekan ini pasar masih menanti kejelasan negosiasi perang dagang. Akhir pekan pasar global bergerak positif menyusul berita Wakil PM China Liu He mengundang Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin ke Beijing untuk bernegosiasi lebih lanjut. Wakil PM China Liu He mengatakan “sangat optimistis” bisa mencapai kesepakatan fase pertama dengan AS.
SouthChina Morning Post menyebutkan AS dapat menunda tarif impor China bahkan jika kesepakatan belum tercapai pada 15 Desember. Hal ini berbeda dengan pernyataan Trump yang mengancam akan menaikkan tarif impor barang China, jika Beijing tidak menyetujui kesepakatan perdagangan. Kami perkirakan kesepakatan perdagangan AS-China “fase pertama” kemungkinan tidak akan terjadi tahun ini dan tertunda ke tahun depan. Hal ini berpeluang menekan laju indek pasar saham global dan regional dan menaikan ketidak pastian.
Kisruh di Hongkong bisa menganggu mengosiasi perang dagang China AS. Senator AS Marco Rubio mengatakan Presiden AS Donald Trump akan menandatangani RUU AS yang mendukung demonstran pro-demokrasi Hong Kong. Hal ini memicu Beijing untuk menuduh AS mencampuri urusan dalam negerinya terkait demonstrasi di Hongkong. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, mengatakan Beijing mengutuk dan dengan tegas menentang RUU AS tersebut. China dikabarkan mengancam akan membalas langkah Senat AS, karena meloloskan undang-undang yang mensyaratkan sertifikasi tahunan otonomi Hongkong dan memperingatkan Beijing agar tidak bertindak represif terhadap demonstran.
Sebelumnya Parlemen AS dikabarkan telah mengeluarkan legislasi dengan maksud mendukung aksi demonstrasi di Hong Kong. Pemerintah China telah meminta Presiden Donald Trump untuk memveto RUU tersebut tetapi tanpa dukungan senat dan DPR, sangat tidak mungkin Trump melakukannya. Faktor ini kami perkirakaan dapat menganggu proses negosiasi perang dagang kedua Negara yang sedang berlangsung.
Pasar kami perkirakaan juga masih akan memantau proses pemakzulan terhadap Trump. Kesaksian Gordon Sondland, Duta Besar AS untuk Uni Eropa mengatakan Presiden mengarahkan pengacara pribadinya Rudy Giuliani untuk mengejar “quid pro quo” dengan Ukraina. Sebelumnya Ketua DPR AS, Nancy Pelosi , mengatakan Trump telah mengakui suap dalam skandal Ukraina dan menuduhnya melakukan pelanggaran yang bisa berujung pada pemakzulan di bawah Konstitusi AS. Proses ini bisa mengagalkan peluang Trump maju dan terpilih kembali sebagai Presiden AS, dan dikawatirakn dapat membuat Trump bertindak keras dalam melakukan perundingan perdagangan dengan China.
Risalah dari pertemuan Oktober Federal Reserve menunjukkan pejabat The Fed melihat sedikit kebutuhan untuk memangkas suku bunga lebih jauh. Sebelumnya diketahui The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga federal sebesar 25 basis poin ke kisaran 1,5% hingga 1,75% akhir bulan lalu. Penurunan tersebut merupakana pemangkasan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini tetapi mengisyaratkan tidak akan ada pengurangan lebih lanjut kecuali jika ekonomi benar-benar memburuk. Prospek penurunan bunga The Fed sampai akhir tahun sangat kecil, sehingga diperkirakaan BI juga akan menahan suku bunga sampai akhir tahun.
Masalah kisruh gagal bayar sebuah aset managemen, terpangkasnya MKBD beberapa sekuritas, penghentian pengumpulan dana sebuah emiten, serta kejatuhan besar NAB per unit beberapa reksadana publik kami perkirakaan akan menekan kinerja indeks sampai akhir tahun. Dikabarkan OJK telah meminta Minna Padi membubarkan 6 reksadana yang dikelola oleh MI tersebut. Dari list yang beredar terdapat banyak saham-saham dengan fundamental baik dan berkapitalisasi besar dalam list aset reksadana yang dikelola oleh MI tersebut. Perintah pembubaran mewajibakan Fund Manager melikuidasi semua posisi dipasar dan dalam 60 hari mengembalikan semua dana kepada investor. Ini akan menekan saham-saham yang dijual oleh fund manager tersebut. Belum lagi bila khasus ini berkembang dan ada lagi MI yang di minta membubarkan produknya.
Risiko MKBD beberapa sekuritas telah membuat naiknya nilai hair cut dan membuat turunnya transaksi margin. Ini terlihat dari nilai transaksi harian yang mengalami penurunan cukup besar. Penurunan MKBD yang berpotensi membuat suspen transaksi sebuah broker bisa membuat kepanikan di pasar bila di biarkan. Sebuah emiten dengan perusahaan yang terkait terlihat mengalami penuruna harga sangat besar dan beberapa sudah mencapai level 50, sehingga menyulitkan investor atau pelaku pasar melakukan penjualan. Bila sebuah MI punya saham tersebut dan menghadapi proses redemption nasabah maka yang terpaksa di jual adalah saham-saham blue chip yang pada akhirnya menekan harga saham tersebut di pasar.
Besarnya penurunan nilai NAB perunit beberapa reksadana public mengindikasikan potensi risiko sistemik bila terjadi kepanikan di pasar dan masalah ini tidak di selesaikan dengan segera. Pembubaran produk reksa dana kami pikir mungkin buka solusi yang tepat di tengah pasar yang masih bergejolak. Perbaikan pada tata kelola dan proses penalangan kerugian serta himbauan agar investor tenang dan memperpanjang horizon waktu investasi mungkin akan menjadi solusi yang lebih baik.
Negatifnya berita global dan regional ditambah beberapa khasus diatas membuat kami menurunkan target IHSG ke level 6220. IHSG masih berpeluang turun test level 5524 dalam beberapa pekan kedepan. Kami perkirakana IHSG di awal pekan dapat menguat menyusul optimisme harapan perundingan perang dagang AS China, tetapi diakhir pekan kami perkirakaan kembali akan terkoreksi. IHSG pekan depan kami perkirakaan akan bergerak di level support 6062 sampai 5988 dan resistance di level 6167 sampai 6200. Investor kami rekomendasikan SOS ketika pasar menguat dan melakukan pembelian kalau terjadi koreksi dalam di pasar.
Narasumber: Hans Kwee
Direktur Anugerah Mega Investama
Selasti Panjaitan/Vibiznews
Editor : Asido Situmorang