(Vibiznews – Market Mover) Optimisme untuk ditandatanginya kesepakatan perdagangan AS-China fase satu memudar, dengan belum adanya tanda-tanda positif. China masih meminta pengembalian tarif, tapi AS masih berkeras tidak mau menurunkan tarif. Malahan pelaku pasar sudah mulai terarah pada tanggal 15 Desember, bahwa AS memberlakukan kenaikan tarif bagi barang impor China jika kesepakatan dagang fase satu batal ditandatangani.
Belum selesai ketegangan dengan China, muncul lagi ketegangan perdagangan baru.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia akan segera mengenakan kembali tarif impor baja dan aluminium bagi Brazil dan Argentina dengan alasan kedua negara tersebut telah memimpin devaluasi besar-besaran mata uang mereka, yang tidak baik bagi petani AS.
Juga pada hari Senin pemerintah AS mengatakan akan mengenakan tarif hingga 100% atas $ 2,4 miliar impor Perancis dari Champagne, tas tangan, keju dan produk lainnya, setelah menyimpulkan bahwa pajak layanan digital baru Prancis akan merugikan perusahaan teknologi AS.
Bagaimana pasar merespon ketegangan perdagangan ini?
Bila tidak ada dukungan sentimen positif lainnya, pasar perdagangan akan mengalami tekanan.
Dari pasar forex, mata uang dolar AS tertekan. Selasa ini Dolar AS mendekati level terendah satu minggu terhadap yen dan mendekati level terendah dalam hampir dua minggu terhadap Euro. Namun jika pada Jumat ini data Non Farm Payroll terealisir meningkat akan menguatkan dolar AS.
Dari pasar index, bursa saham global diperkirakan tertekan, kecuali jika ada dukungan dari data ekonomi maupun hasil positif dari emiten.
Dari pasar komoditas, harga emas berpeluang naik dengan ketegangan perdagangan yang meluas. Sedangkan harga minyak masih bisa naik terbatas dengan dukungan rencana pemotongan produksi OPEC lebih dalam lagi. Namun potensi pelemahan masih membayangi.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting