Vibiz Market Mover : Waspadai Isi Kesepakatan Dagang AS-China Fase Satu dan RUU Brexit Jhonson

701

(Vibiznews – Market Mover) – Pekan lalu terdapat 2 momentum penting yang sangat kuat mempengaruhi pergerakan pasar global hingga awal pekan ini, yaitu pemilu di Inggris yang memberikan suara mayoritas bagi PM Inggris Boris Jhonson di parlemen dan mengakhiri tiga tahun ketidakpastian sejak negara itu memutuskan untuk Brexit. Dimana Johnson sekarang bebas untuk memimpin negaranya keluar dengan cepat dari Uni Eropa.

Momen berikutnya terkait front perdagangan AS-China, dimana kedua negara sepakat untuk mencapai kesepakatan dagang fase satu. AS bersedia membatalkan kenaikan tarif impor barang China pada tanggal 15 Desember dan memangkas setengah dari total tarif impor barang China secara keseluruhan. Dari pihak China, pemrintah Beijing bersedia membeli produk pertanian AS dalam jumlah yang besar.

Kedua momentum tersebut menjadi sentimen positif bagi perdagangan pasar forex, pasar saham dan pasar komoditas hingga awal pekan ini.

Dipasar forex, terpantau dolar AS terjun ke posisi terendah sejak bulan Juli 2019 yang kemudian mengangkat tinggi beberapa rival utamanya seperti euro, aussie dan juga poundsterling. Dan poundsterling melompat cukup tinggi hingga ke posisi rekor tinggi sejak Juni 2018.

Dipasar saham, bursa saham kawasan Eropa dan bursa Wallstreet Amerika Serikat berhasil cetak rekor penutupan tertinggi terbaru hingga penutupan perdagangan awal pekan.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah berjangka baik minyak Brent yang merupakan acuan internasional serta harga minyak WTI Amerika Serikat melompat cukup tinggi hingga cetak penguatan tertinggi 3 bulan untuk minyak WTI oleh harapan meningkatnya permintaan pasar.

Namun masuki hari kedua pekan ini investor mulai mencerna kembali kedua peristiwa penting tersebut dan muncul kekhawatiran baru yang menjadi sentimen negatif bagi pasar sehingga enggan bertaruh terlalu jauh.

Kesepakatan Perdagangan AS-China Fase Satu

Kesepakatan perdagangan mampu menghilangkan banyak ketidakpastian ekonomi selama ini, namun pasar tampak agak waspada karena masih minimnya kejelasan detail kesepakatan dagang ini.  Selain itu, perjanjian tersebut tidak sepenuhnya mengakhiri perang dagang AS-China yang bergulir selama ini, karena beberapa tarif akan tetap berlaku saat para negosiator memulai pembicaraan tahap dua.

RUU Brexit Boris Jhonson

Dengan  suara mayoritas di parlemen,  Perdana Menteri Inggris Boris Johnson siap untuk mengajukan RUU yang memblokir perpanjangan tenggat waktu periode transisi melampaui tahun 2020.  Timbul opini baru jika RUU tersebut disahkan akan mempersulit Uni Eropa (UE) dalam jangka pendek untuk menyetujui tuntutan Inggris sehingga  meningkatkan kemungkinan Brexit yang tidak ada kesepakatan.

Kedua kekhawatiran diatas berpotensi akan menggerus keuntungan yang telah diperoleh bagi beberapa rival utama dolar AS seperti poundsterling dan euro di pasar forex. Demikian juga mempengaruhi  perdagangan saham di kawasan Asia, Eropa dan bursa Wallstreet Amerika.

JUl Allens, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here