(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak menanjak mahal di posisi harga tertinggi dalam tiga bulan di perdagangan tipis jelang libur Natal yang berakhir Jumat pagi (20/12), didukung oleh berita hari sebelumnya bahwa persediaan minyak mentah AS turun dan ketegangan perdagangan AS-Cina terus mereda.
Berita tentang pemakzulan Presiden Donald Trump oleh DPR AS yang sempat mengkhawatirkan harga gagal menggerakkan pasar minyak.
Harga minyak mentah berjangka Brent yang juga harga acuan internasional naik 37 sen menjadi $ 66,54 per barel, dengan kenaikan hari keenam berturut-turut. Demikian juga harga minyak mentah West Texas Intermediate Amerika naik 29 sen atau 0,48%, menjadi $ 61,22 per barel.
Dengan volume perdagangan yang tipis, harga minyak menuju kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Harga didukung oleh keputusan 13 Desember China untuk membatalkan rencana untuk mengenakan tarif tambahan pada impor AS pada 15 Desember dan kesepakatan Fase 1 antara Washington dan China, yang telah meredakan ketegangan perdagangan.
Kesepakatan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia telah meningkatkan prospek ekonomi global, mengangkat prospek untuk permintaan energi yang lebih tinggi tahun depan dan menopang harga minyak. Sebagai tanda lebih lanjut dari hubungan yang mencair, kementerian keuangan Cina pada hari Kamis menerbitkan daftar baru enam produk AS yang akan dibebaskan dari tarif mulai 26 Desember.
Kekuatan harga bertambah setelah Departemen Energy AS umumkan berkurangnya pasokan minyak mentah turun 1,1 juta barel dalam sepekan ke 13 Desember sekalipun pasokan bensin dan minyak sulingan naik.
Untuk pergerakan selanjutnya, harga minyak mentah berjangka WTI diperkirakan alami profit taking dan akan meluncur ke posisi support di 60,60 – 59,80. Namun jika lanjut rally akan naik kembali menuju posisi resisten di 61,25 – 62,15.
Jul Allens, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting