(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit pada hari Selasa diawali dengan penurunan dan berikutnya berubah sedikit, mengakhiri tahun ini dengan kenaikan yang besar setahun, yang tertinggi selama sepuluh tahun karena diperkirakan produksi turun dan peningkatan penggunaan biofuel di dua negara produsen terbesar.
Harga minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange sempat turun 0.7% karena profit taking dan naik kembali menjadi turun 1 ringgit atau 0.03% menjadi 3.072 ringgit ($747.26) pada pertengahan pasar.
Kenaikan harga minyak sawit sebesar 44 % tahun ini, merupakan kenaikan terbesar sejak 2009. Pasar menantikan jumlah produksi dan ekspor di bulan Desember. Tarif bea masuk untuk minyak sawit di India dirubah dalam perjanjian dengan negara ASEAN.
Minggu lalu minyak sawit naik 5.5 % dan membuat harganya diatas 3,000 ringgit untuk pertama kalinya ke tertinggi tiga tahun, setelah the Malaysian Palm Oil Association dan the Southern Peninsular Palm Oil Millers Association memperkirakan produksi Desember turun lebih rendah dari perkiraan bulan sebelumnya sebesar 16% dan 27%.
Panen diperkirakan akan turun sampai pertengahan 2020 karena curah hujan sedikit dan menurunnya penggunaan pupuk di Malaysia dan Indonesia pada tahun 2019 ini.
Ekspor minyak sawit Malaysia dan produk minyak sawit lainnya dari 1 -25 Desember turun 8.5% dan 12.8% dari bulan sebelumnya menurut cargo surveyor. Permintaan domestic diperkirakan akan meningkat karena penggunaan dari biodiesel B30 dan B20 di 2020.
Pada bulan Januari di Indonesia akan dikenakan pajak ekspor $50 per ton untuk minyak sawit.
Harga minyak kedelai di Dalian naik 0.9% sementara harga minyak sawit naik 1.4%. Harga minyak kedelai naik di CBOT naik 0.3%. Harga minyak sawit naik karena pergerakan harga dari minyak nabati lainnya
Loni T / Analyst Vibiz Research Centre – Vibiz Consulting Group
Editor : Asido