(Vibiznews – Commodity) Harga gula di bursa ICE New York untuk kontrak berjangka Maret 2020 ditutup lebih rendah pada Rabu kemarin karena pelemahan mata uang Real Brazil.
Real Brazil turun -0,77% dan tepat di atas terendah 1-3 / 4 bulan Senin terhadap dolar. Pelemahan Real Brazil mendorong penjualan ekspor oleh produsen gula Brasil.
Harga gula telah menguat tajam selama tiga minggu terakhir dan gula NY membukukan tertinggi 2 tahun minggu lalu pada pembelian dana agresif karena prospek pasokan gula global yang lebih kecil. Asosiasi Pabrik Gula India melaporkan 17 Januari bahwa produksi gula di India, produsen gula terbesar kedua di dunia, turun -26% y / y dari 1 Oktober-15 Januari menjadi 10,89 MMT. Juga, Conab pada 19 Desember memotong estimasi produksi gula 2019/20 Brasil -5,3% menjadi 30,1 MMT dari perkiraan Agustus 31,8 MMT.
Dalam faktor pendukung lainnya, Citigroup pada 10 Januari menaikkan perkiraan defisit gula 2019/20 global menjadi -7,6 MMT dari perkiraan sebelumnya -7,0 MMT karena risiko tanaman gula tetap ada di India dan Thailand. Juga, USDA dalam laporan WASDE-nya (dirilis 10 Januari) memangkas estimasi produksi gula A.S. 2019/20 sebesar -1,5% menjadi 8,158 MMT dari estimasi Desember 8,280 MMT.
Terpantau harga gula naik sekitar 1% pada 14.64.
Sementara itu mata uang Real Brazil masih terpantau melemah.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga gula berpotensi naik seiring bargain hunting setelah melemah kemarin. Proyeksi penurunan produksi gula di India juga memberikan dukungan. Harga gula diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 14.74-$ 14.87. Namun jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 14.49-$ 14.39.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting