Siklus Pemangkasan Bunga Global Dimulai; Pasar Obligasi Indonesia Berpotensi Lebih Bergairah

960
DJPPR Turunkan Target Penerbitan SBN Kuartal II-2024 Lebih Rendah
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Bonds) – Beberapa waktu terakhir ini pasar sempat dikejutkan ketika di luar jadualnya Federal Reserve AS memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps, yang terbesar sejak krisis finansial tahun 2008. Tidak berhenti di sini, pasar lanjut berekspektasi the Fed akan kembali lagi menurunkan suku bunganya pada jadual pertemuan di pertengahan bulan Maret ini, oleh pandangan bahwa aksi the Fed terakhir masih belum memadai untuk mitigasi pelambatan ekonomi akibat wabah virus corona.

Pergerakan the Fed ini dinilai pasar akan menjadi motor pergerakan bank-bank sentral global. Siklus pemangkasan suku bunga acuan global akan dimulai lagi. Bank Indonesia (BI) pada bulan Februari lalu sudah memangkas BI 7-DRRR sebesar 25 bps. Maka, hari-hari ini pelaku pasar semakin kuat memprakirakan bahwa pada 19 Maret nanti BI akan mengumumkan pemangkasan suku bunga acuannya kembali.

Proyeksi tren penurunan suku bunga diperkirakan akan meningkatkan gairah pasar obligasi di Indonesia dan sejumlah negara berkembang lainnya. Alasannya sederhana. Ketika suku bunga dalam tren penurunan, maka obligasi berpendapatan tetap akan menjadi pilihan investasi yang lebih menarik. Terutama lagi pada Surat Utang Negara (SUN) yang dipandang aman dari gagal bayar.

Dengan perkembangan terakhir, dimana yield atau imbal hasil obligasi AS atau US Treasury tenor sepuluh tahun turun ke level rekor terendahnya, di bawah 0,8%, diperkirakan akan membuat investor asing kembali masuk ke pasar obligasi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Yield obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun per 5/3/20 tercatat berada di posisi 6,5%, turun 19 bps dibandingkan minggu sebelumnya, mengindikasikan harga yang naik karena bertambah permintaannya. Imbal hasil tersebut merupakan yang tertinggi juga dibandingkan dengan yield obligasi pada negara-negara berkembang Asia lainnya.

Minat investor global akan didorong oleh besaran spread antara SUN Indonesia dan US Treasury. Itu merupakan gambaran risiko pasar surat utang Indonesia ditambah dengan return dari obligasi Indonesia. Tentunya, selama risk premium bisa ter-cover dengan return yang lebih baik, pasar obligasi Indonesia akan dipandang lebih menarik bagi para investor global.

Di tengah situasi pasar yang tidak stabil, ketika dunia digoncang pademi virus corona, ada peluang investasi yang tetap menarik: pasar obligasi dalam negeri, atau tepatnya Surat Utang Negara. Apalagi, dengan tagline bahwa kita bisa berivestasi sembari membangun negeri.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here