Memerangi Wabah Virus Corona – Market Mover by Daniel Sumbayak, 18 Maret 2020

1336

(Vibiznews – Market Mover) Minggu perdagangan yang terakhir hari Jumat yang lalu, membuat halaman baru di dalam sejarah pasar keuangan. Krisis yang dipicu oleh coronavirus meningkat secara eksponensial mulai hari minggu, memicu “gap” di seluruh pasar.

Wall Street mengalami minggu yang terburuk selama beberapa dekade, bank-bank sentral dan para pemimipin global mengumumkan suntikan likuiditas dan langkah-langkah lainnya untuk mengatasi masalah virus ini. Presiden AS Donald Trump melontarkan penangguhan pajak gaji dalam usaha untuk mengurangi dampak dari coronavirus terhadap ekonomi.

Federal Reserve New York memompa likuiditas yang masif ke dalam sistem keuangan, mengumumkan operasi repo $500 miliar dan mengumumkan rencana untuk memompa paling sedikit $1,5 triliun. The Fed juga berkompromi untuk mulai membeli Treasuries.

Berita ini membangkitkan permintaan akan dolar AS dan menaikkan kembali saham-saham AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang pada hari sebelumnya ditutup anjlok 9,99%, S&P 500 ambles 9,51%, dan Nasdaq Composite ambruk 9,43%, merupakan koreksi terdalam sejak 1987, sehingga Wall Street dikatakan sudah masuk pada bear market karena sudah anjlok 20% lebih dari level tertingginya, pada hari perdagangan terakhir berhasil ditutup di Zona Hijau dengan kenaikan terkuat 9% sejak 2008- oleh rencana stimulus dari the Fed dan penanganan corona virus dari pemerintahan Trump.

Kombinasi dari pemulihan yang kuat di dalam saham-saham AS dan indeks dolar AS mengalami kenaikan lebih dari 100% telah memberikan tekanan jual yang sangat besar dan mengakibatkan emas berjangka mengalami penurunan sebesar $75.00 per ons dan sempat diperdagangkan di kerendahan $1,519.10.

Emas berjangka turun lebih dari 9% secara mingguan, yang merupakan kerugian mingguan paling signifikan sejak tahun 2011.

GDP Uni Eropa kuartal ke 4 dikonfirmasi sebesar 0.1% yang merefleksikan kondisi ekonomi dari Uni Eropa yang buruk menjelang krisis. Inflasi AS sebaliknya, mengejutkan pasar dengan kenaikan, dimana CPI inti tahunan naik 2.4% pada bulan Februari, sementara perkiraan awal dari Michigan Consumer Confidence bulan Maret mengatasi dari yang diperkirakan di 95.9. Data makro ekonomi AS dan Uni Eropa, menunjukkan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang masih lebih baik daripada kondisi ekonomi Uni Eropa.

Bagaimana Dengan Market Mover Pada Minggu Ini ?

Market Mover pada minggu ini masih didominasi oleh berita-berita mengenai perkembangan virus corona dari Wuhan. Selain itu pada hari Rabu malam (Kamis dinihari) the Fed akan mengeluarkan kebijakan moneternya pada pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) dalam rangka mengatasi dampak ekonomi wabah virus corona.
Dari AS dan Eropa telah keluar data ZEW Economic Sentiment Jerman pada hari Selasa siang dan data Core Retail Sales AS pada hari Selasa malam.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia akan mengadakan pertemuan pada hari Kamis membahas langkah-langkah kebijakan moneter Indonesia, juga dalam rangka menghadapi wabah virus corona.

1. Virus Corona

Virus Corona dengan cepat menyebar keluar Cina dan sudah 162 negara yang terkena, dengan Itali, Iran dan Korea Selatan dilaporkan sebagai negara yang tertular paling besar dan semakin banyak yang telah melakukan “Lock-Down”.

WHO juga telah menyatakan wabah virus corona ini sebagai Pandemi Global pada tanggal 12 Maret minggu lalu. Pernyataan dari WHO ini telah membuat kepanikan di pasar dengan jatuhnya pasar saham global, harga minyak dan bahkan harga emas yang biasanya “safe-haven”.
Sekalipun diperkirakan memerlukan waktu paling sedikit dua bulan agar situasi bisa dibawah kendali. Namun, di beberapa negara kasus baru sudah banyak menurun dan yang disembuhkan sudah semakin banyak.

2. FOMC Federal Reserve AS

Federal Reserve AS pada hari Minggu sore dalam sebuah pertemuan yang tidak diskedulkan, sekali lagi memangkas tingkat bunga kuncinya 1.0% menjadi 0%-0.25%. The Fed juga memompa tambahan $700 miliar ke sistem keuangan AS dan membuka jalur “swap” dengan bank sentral utama lainnya, sebagai usaha untuk tetap menjaga likuiditas di pasar keuangan. Pada hari Rabu malam ini, the Fed diperkirakan kembali akan memberitahukan langkah-langkah untuk mengatasi dampak ekonomi wabah virus corona lebih lanjut.

3. Data Makro Ekonomi

• Core Retail Sales AS
Rilis data penjualan ritel AS bulanan mengecewakan, turun menjadi – 0.5% dari bulan sebelumnya yang naik 0.6% dan diperkirakan bulan ini naik 0.2%.
• ZEW Economic Sentiment Jerman
ZEW Economic Sentiment Jerman untuk bulan Maret mengecewakan, terjun ke – 49.5, sementara angka bulan Februari – 15.7 dan diperkirakan hanya turun ke – 30.
• Keputusan Tingkat Bunga BI
Menghadapi dampak ekonomi yang negatif sebagai akibat dari wabah virus corona, Bank Indonesia diperkirakan akan menurunkan tingkat bunga dari 4.75% menjadi 4.50%.

Pengaruh Terhadap Pergerakan Harga

1. Virus Corona Wuhan
Dengan menurunnya kasus baru di beberapa negara dan meningkatnya jumlah kesembuhan, ketakutan terhadap wabah virus corona kemungkinan tidak lagi membuat kepanikan pasar sehingga harga saham bisa kembali naik dan pembelian terhadap “assets safe-haven” menjadi berkurang.

2. FOMC Federal Reserve AS
Langkah-langkah pelonggaran lebih lanjut dari the Fed dapat meningkatkan kembali kepercayaan pasar sehingga harga saham dan emas bisa berbalik naik dan sebaliknya USD akan melemah.

3. Data Makro Ekonomi

Memburuknya data makro ekonomi AS akan mendorong turun dolar AS yang pada gilirannya akan memberikan dorongan naik terhadap pasangan matauang GBP/USD dan EUR/USD. Namun buruknya data makro ekonomi Jerman akan membuat kenaikan EUR/USD menjadi terbatas.
Sedangkan penurunan suku bunga Bank Indonesia dapat membuat Rupiah melemah secara jangka pendek namun menguat secara jangka panjang.

Daniel Sumbayak, CEO of Vibiz Consulting and the Head of Vibiz Research Center

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here