Memerangi Wabah Virus Corona – Market Mover by Daniel Sumbayak, 1 April 2020

920

(Vibiznews-Market Mover) Selama paruh pertama minggu lalu, ketakutan tetap membuat dolar AS terdorong naik, ditengah meningkatnya coronavirus secara eksponensial yang menyebabkan lebih banyak negara memasuki “lockdown” dan lebih jauh lagi menghentikan aktifitas ekonomi dunia.

Ketakutan AS akan mengalami resesi menyebabkan Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell dengan cepat memulai minggu yang baru dengan mengumumkan paket pelonggaran yang terbesar dalam sejarah bank sentral AS ini, pembelian saham-saham yang didukung oleh Mortgage dan Treasuries tanpa batas.

Sementara ECB meskipun lebih konservatif juga mengambil langkah-langkah berani dalam beberapa hari terakhir. ECB telah memulai program pembelian obligasinya, mengubah batasan yang biasanya. Di dalam dokumen legal yang dirilis pada hari ini, bank sentral Eropa ini mengumumkan bahwa batasan yang ada selama ini sudah tidak berlaku. ECB bisa membeli obligasi pemerintah tanpa batas dari negara-negara tertentu yang bisa memberikan dorongan berikutnya bagi ekonomi mereka. Secara keseluruhan, para pembuat kebijakan di Eropa sedang berada pada jalur yang benar.

Bank of England tetap mempertahankan tingkat suku bunganya tidak berubah di 0.1% dan program QE di £645 miliar di dalam keputusan yang ketiga yang terskedul pada bulan Maret. Gubernur BOE Andrew Bailey dan koleganya memperingati bahwa pengangguran bisa meningkat dengan tajam.

Klaim pengangguran mingguan AS meroket ke 3.283 juta pada minggu yang berakhir pada tanggal 21 Maret – kenaikan lebih dari 1000%. Sementara klaim ini sebagian disebabkan oleh karena penutupan yang sementara, namun semakin lama krisis berlangsung, semakin permanen jadinya.

Disisi fiskal, Senat dan Kongres AS meloloskan paket stimulus senilai $2 triliun, setelah proses yang panjang.
Permintaan terhadap dolar AS mereda, saham-saham bangkit, tapi persoalan yang sedang dihadapi dunia belum selesai. Wabah coronavirus terus berkembang dan mengambil lebih banyak korban.

Amerika Serikat, pada hari Sabtu tanggal 28 Maret, menjadi terdepan yang terkena infeksi coronavirus dengan New York sebagai episentrumnya.

Dengan sudah disahkannya undang-undang stimulus fiskal dan the Fed telah menggunakan bom nuklirnya, Presiden Trump dan pemerintahannya menjadi sorotan utama.

Bagaimana Dengan Market Mover Pada Minggu Ini ?

Market Mover pada minggu ini masih di dominasi oleh berita-berita mengenai perkembangan coronavirus, dengan AS menjadi negara dengan tingkat tertular paling tinggi. Sementara itu dampak dari stimulus Federal Reserve dan Pemerintah AS serta bank sentral dan pemerintah dari negara-negara lain akan tetap diamati pasar. Dari data makro ekonomi, laporan klaim pengangguran AS akan kembali ditunggu demikian juga dengan laporan terpenting Non-Farm Payolls AS.

1. Virus Corona

Jumlah kasus infeksi virus corona Covid-19 secara kumulatif di dunia masih terus mengalami peningkatan. Sudah seluruh negara di dunia, 199 negara, yang terkena kasus, dengan jumlah sudah diatas 800.000 kasus dan sudah lebih dari 172.000 orang yang meninggal dunia.
Di Eropa yang telah menjadi salah satu episentrum pandemic semakin bertambah negara yang melakukan “lockdown”. Setelah Itali, menyusul Perancis, Spanyol, Jerman dan terakhir diikuti oleh Inggris yang melakukan “lockdown”.
Korban yang meninggal di Eropa terus bertambah khususnya di Itali, diikuti oleh Spanyol dan Inggris dibelakangnya yang bahkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, pangeran Charles dan Ratu Elizabeth telah tertular juga.
Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus tertinggi sebanyak lebih dari 165.000 kasus, namun dengan jumlah kematian yang rendah secara persentase sebanyak 3.168 orang, kurang dari 2%. Presiden Donald Trump pun mengumumkan perpanjangan “social distancing” hingga 30 April 2020.
Sementara Cina mulai dihadapkan dengan potensi gelombang kedua kasus infeksi coronavirus, dimana angka kasus impor terus mengalami peningkatan.

2. Dampak Stimulus Federal Reserve dan Pemerintah AS

Kebijakan dari bank sentral AS Federal Reserve dan pemerintah AS dengan program Quantitative Easing yang tanpa batas dan suntikan stimulus fiskal terbesar dalam sejarah AS senilai $2 triliun, telah membanjiri pasar dengan uang tunai sehingga memberikan ketenangan akibat adanya kepastian likuiditas dan kestabilan yang mengakibatkan meredanya permintaan yang gila-gilaan terhadap dolar AS sehingga dolar AS turun dan sebaliknya pasar saham bangkit demikian juga pasar emas dan pasangan matauang EUR/USD dan GBP/USD.

3. Data Makro Ekonomi

• Klaim pengangguran AS
Angka pengangguran tetap menjadi angka yang kritikal untuk diperhatikan pada minggu ini dengan diperkirakan akan naik dari 3 juta pada minggu lalu, menjadi 5 juta.
• Non-Farm Payrolls AS
Data Non-Farm Payrolls pada hari Jumat sedikit kurang signifikan karena Survey bulan Maret dilakukan pada minggu ke dua bulan Maret, sebelum semua PHK besar menimpa AS.

Pengaruh Terhadap Pergerakan Harga
1. Virus Corona Wuhan
Salah satu berita besar yang menjadi penggerak pasar minggu ini adalah Amerika Serikat yang telah menjadi episentrum baru dari COVID-19 yang melampaui Cina dan Itali dalam jumlah orang yang dicurigai sebagai tertular. Jumlah kasus di AS naik lebih dari 165.000 dengan lebih dari 3000 meninggal. Apa yang membuat berita mengenai AS mengkuatirkan adalah karena ekonomi global banyak tergantung pasar AS dan konsumen AS.
Dunia juga akan mengamati Itali untuk melihat apakah kurvanya akan menjadi datar. Jika menjadi datar dengan tren perlambatan yang solid, tandanya langkah “social distancing” benar-benar efektif dan untuk itu bisa diperkirakan kedepannya untuk Amerika.
Apabila kondisi membaik maka minat terhadap resiko akan meningkat sehingga harga saham bisa kembali naik dan pembelian terhadap “assets safe-haven” menjadi berkurang, termasuk dolar AS dan emas.
2. Stimulus Federal Reserve dan Pemerintah AS

Dampak dari langkah-langkah stimulus dan kebijakan moneter yang longgar dari the Fed dan pemerintah AS akan terasa paling tidak selama beberapa minggu dan kemungkinan sampai beberapa bulan ke depan sehingga masih akan menekan dolar AS.
3. Data Makro Ekonomi

Memburuknya data makro ekonomi AS akan mendorong turun dolar AS yang pada gilirannya akan memberikan dorongan naik terhadap pasangan matauang GBP/USD dan EUR/USD. Namun buruknya data makro ekonomi di Eropa juga bisa akan membuat kenaikan EUR/USD menjadi terbatas.

Daniel Sumbayak / VBN / CEO of Vibiz Consulting and the Head of Vibiz Research Center

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here