Neraca Perdagangan April Defisit USD344,7 juta; COVID-19 Menekan Permintaan Dunia

730

(Vibiznews – Economy) – Bank Indonesia (BI) merilis data neraca perdagangan Indonesia April 2020 yang mencatat defisit 344,7 juta dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya surplus 715,7 juta dolar AS. Perkembangan ini dipengaruhi melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas sejalan dengan dampak pandemi COVID-19 yang merebak ke seluruh dunia. Meskipun defisit, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia Januari-April 2020 tetap surplus 2,25 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya defisit 2,35 miliar dolar AS, demikian keterangan resmi BI (15/5).

“Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, termasuk neraca perdagangan, serta terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal,” ungkap Onny Widjanarko, Direktur Eksekutif BI.

Defisit neraca perdagangan April 2020 dipengaruhi defisit pada neraca perdagangan nonmigas dan migas. Neraca perdagangan nonmigas defisit 100,9 juta dolar AS pada April 2020, menurun dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya surplus 1,67 miliar dolar AS. Perkembangan tersebut akibat penurunan kinerja ekspor produk manufaktur dan bahan bakar mineral, khususnya batu bara. Kinerja positif ekspor emas, besi dan baja, serta minyak dan lemak nabati dapat menahan penurunan ekspor nonmigas yang lebih dalam.

Sementara itu, neraca perdagangan migas pada April 2020 defisit 243,8 juta dolar AS, lebih rendah dari defisit pada bulan sebelumnya sebesar 953,3 juta dolar AS. Penurunan defisit ini terutama dipengaruhi oleh penurunan impor migas sejalan dengan penurunan harga migas.

Analis Vibiz Research Center melihat defisit neraca perdagangan bulan April ini sebagai dampak nyata dari wabah COVID-19 yang memang menekan ekonomi di seluruh dunia. Walaupun demikian, neraca perdagangan Indonesia untuk empat bulan pertama 2020 tetap tercatat surplus. Namun, tantangannya ke depan kemungkinan akan lebih berat dengan tekanan perdagangan dunia akibat wabah virus corona ini yang membesar pada triwulan kedua. Harapan untuk ekonomi kita untuk masa ini nampaknya lebih kepada ekonomi domestik yang diharapkan akan cepat pulih pada saat pelonggaran PSBB, ketimbang perdagangan internasional yang masih dalam risiko resesi global.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here