IMF Pangkas Negatif Ekonomi Timur Tengah dan Afrika Utara

799

(Vibiznews – Economy & Business) Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan pertumbuhannya untuk Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) ke bawah lagi di tengah tingkat ketidakpastian yang luar biasa tinggi, menurut laporan ekonomi regional terbaru.

IMF memperkirakan ekonomi MENA untuk kontraksi -5,7% pada tahun 2020. Pada bulan April, ia memperkirakan bahwa wilayah tersebut akan menyusut -3,3% untuk tahun ini.

Tingkat ketidakpastian yang luar biasa tinggi mengenai panjang pandemi dan dampaknya terhadap penutupan perusahaan, risiko penurunan yang dihasilkan (termasuk kerusuhan sosial dan ketidakstabilan politik), dan potensi volatilitas yang diperbarui di pasar minyak global mendominasi prospek, demikian kata laporan itu.

Jihad Azour, direktur departemen Timur Tengah dan Asia Tengah IMF, mengatakan kawasan itu mengalami guncangan ganda dengan pandemi coronavirus dan harga minyak yang tertekan.

IMF juga menurunkan perkiraannya untuk ekonomi global bulan lalu, dan sekarang melihat kontraksi -4,9% dalam produk domestik bruto global pada tahun 2020.

Di kawasan itu, eksportir minyak diproyeksikan menderita lebih dari importir, kata IMF.

Pertumbuhan PDB untuk eksportir minyak MENA, Afghanistan dan Pakistan diperkirakan akan turun ke -7,3%, dibandingkan dengan kontraksi -1,1% untuk importir minyak.

Bagi importir minyak, manfaat dari harga minyak yang lebih rendah “sebagian besar diimbangi oleh perdagangan, pariwisata, dan pengiriman uang yang terhambat” serta kondisi keuangan global yang lebih ketat dan limpahan pada pasar kredit domestik, kata IMF dalam laporannya.

Ia juga mengatakan revisi pertumbuhan tampaknya terkait dengan penguncian dan mobilitas. Negara-negara termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang memiliki pembatasan pergerakan yang lebih ketat, melihat revisi PDB yang lebih besar.

S&P Global meramalkan bahwa Dubai, yang bergantung pada industri seperti pariwisata, perhotelan dan ritel, dapat melihat ekonominya menyusut -11% tahun ini. Kota itu dikunci ketat 24 jam pada satu titik, tetapi dibuka kembali untuk turis pekan lalu setelah hampir empat bulan penutupan perbatasan.

Ditanya apakah revisi lebih lanjut terhadap perkiraan dimungkinkan, Azour dari IMF mengatakan bahwa itu tergantung pada faktor-faktor seperti kekuatan pemulihan ekonomi, apakah wabah kedua coronavirus dapat muncul dan bagaimana harga minyak berperilaku.

Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here