(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Stimulus fiskal AS untuk pemulihan dampak virus corona senilai $2.2 triliun, yang akan diambil pemungutan suaranya di Kongres minggu depan.
- Kekuatiran pasar terhadap gelombang kedua virus corona terutama di Eropa.
- Pasar saham sempat terangkat perkembangan vaksin virus corona dari laporan Novavax Inc dan Johnson & Johnson.
- Ketegangan AS – China terkait kasus TikTok dan WeChat.
- Fluktuasi aksi tekanan jual dan beli saham-saham sektor teknologi.
Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 32.7 juta orang terinfeksi di dunia dan 993 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori.
Pasar saham dunia umumnya bias terkoreksi minggu lalu, harga emas tergerus cukup dalam, serta US dollar yang menanjak sebagai pilihan safe haven.
Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona, prospek pemulihan ekonomi, dan tensi AS – China akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 28 September – 2 October 2020.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau dalam tekanan jual kuat oleh sentimen negatif bursa global dan regional, namun di hari terakhir sempat rebound 2.1%. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup melemah signifikan 2.24% ke level 4,945.791. Untuk minggu berikutnya (28 September – 2 October 2020), IHSG kemungkinan masih bisa lanjutkan rebound-nya pada awal pekan depan, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5187 dan kemudian 5381, sedangkan support level di posisi 4820 dan kemudian 4755.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau terkoreksi di tengah berita perpanjangan PSBB Jakarta dan tren penguatan dollar, sementara dollar global kembali perkasa, sehingga rupiah secara mingguannya melemah 0.93% ke level Rp 14,872. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan masih akan naik, atau kemungkinan koreksi rupiah lebih lanjut, dalam range antara resistance di level Rp14,971 dan Rp15,045, sementara support di level Rp14.536 dan Rp14.337.
===
Bank Indonesia melaporkan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan II 2020 mencatat kewajiban neto yang meningkat, menjadi sebesar 280,8 miliar dolar AS (25,7% dari PDB). Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN), yang didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung ke pasar keuangan domestik, seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
Selain itu, BI melaporkan di akhir pekan bahwa inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV September 2020, perkembangan harga pada bulan September diperkirakan inflasi sebesar 0,01% (mtm), atau secara tahunan sebesar 1,48% (yoy).
Sementara itu, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan kembali menjual surat utang negara (SUN) ke Bank Indonesia (BI). Total nilai penjualan SUN pada Kamis lalu mencapai Rp84,4 triliun. Ini dilakukan untuk burden sharing dalam rangka pembiayaan penanganan dampak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN).
===
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum menguat dengan membukukan mingguan terbaiknya sejak April, sebagai safe haven di antara investor yang mengkhawatirkan lambatnya pemulihan ekonomi, naiknya kasus infeksi baru di Eropa dan ketidakjelasan paket setimulus fiscal AS, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir menguat ke 94.58. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah tajam ke 1.1628. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1834 dan kemudian 1.2011, sementara support pada 1.1507 dan 1.1370.
Pound sterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.2740 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3266 dan kemudian 1.3483, sedangkan support pada 1.2710 dan 1.2480. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 105.55. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 108.17 dan 109.85, serta support pada 104.00 serta level 101.18. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7023. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7435 dan 0.7712, sementara support level di 0.6807 dan 0.6776.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum bias melemah mengikuti sentimen koreksi dari Wall Street serta sempat memanasnya tensi politik di Semenanjung Korea. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah ke level 23,204. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23580 dan 23807, sementara support pada level 22205 dan 21530. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 23,235. Minggu ini akan berada antara level resistance di 24542 dan 25847, sementara support di 22520 dan 21660.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah di minggu keempatnya untuk Dow Jones oleh arus sell off pada sektor saham teknologi, namun rebound lagi di akhir pekannya. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah ke level 27,173.96, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 28365 dan 29162, sementara support di level 26537 dan 26103. Index S&P 500 minggu lalu melemah ke level 3,295.4, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3487 dan 3590, sementara support pada level 3208 dan 2994.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau terkoreksi ke sekitar 2 bulan terendahnya oleh karena investor memilih dollar sebagai safe haven di tengah kenaikan kasus virus corona dan ketidakjelasan prospek paket stimulus pemulihan ekonomi AS, sehingga harga emas spot secara mingguan melemah ke level $1,861.62 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1974 dan berikut $2015, serta support pada $1848 dan $1795.
Menuju kepada kuartal terakhir tahun ini, kita mendapati bahwa tahun 2020 merupakan tahun yang sangat berbeda, tahun pandemic yang penuh dengan gejolak pasar. Di tengah wabah virus corona yang belum jelas kapan berakhirnya, Amerika dan China terus bergulat dalam ketegangan beberapa bentuk. Sementara Eropa dan semua negara maju lainnya terperangkap dalam resesi ekonomi karena pandemic ini. Belum lagi, di sana-sini juga kerap terjadi kenaikan tensi geopolitik. Harapan baru bagi kita bukanlah tenangnya pasar. Bukan, itu tidak akan pernah terjadi, di samping pasar jadi tidak menarik lagi dalam keserbatenangannya. Harapan itu ada pada penguasaan pengetahuan dinamika pasar yang semakin baik. Untuk hal ini, teman setia investasi Anda siapa lagi kalau bukan vibiznews.com? Perkenankan kami sampaikan terima kasih bagi Anda semuanya, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido