TRUMP 2020 : Kuat di Pendekatan Ekonomi dan Terbukti

1025
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy & Business) Salah satu kunci kemenangan Trump pada tahun 2020 ini adalah tingginya performa Amerika Serikat dalam hal ekonomi, terutama pada tahun 2019 sebelum Amerika Serikat mengalami pandemi COVID-19. Ekonomi merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian bagi warga Amerika Serikat, dan bisa jadi merupakan alasan kemenangan Trump pada tahun 2020 ini.

Secara ekonomi, Trump memiliki pendekatan yang sangat berbeda dengan kandidat Demokrat Joe Biden. Trump menekankan kepada pendekatan pro-bisnis, sedangkan Joe Biden tidak melakukan pendekatan pro-bisnis tetapi menekankan kepada pemerataan pendapatan dan keadilan sosial. Perbedaan yang sangat tajam ini sangat mungkin menjadi isu yang sangat penting bagi pemilih Amerika Serikat, lebih daripada isu-isu lainnya, misalnya imigrasi, keamanan domestik, kebijakan luar negeri, dan lain-lain.

Apa saja masalah ekonomi yang signifikan pada masa pemilu 2020 ini?

1. Independensi energi

Independensi energi adalah salah satu janji Trump pada saat masa kampanye. Dalam masa administrasi Trump, Trump cukup sukses mewujudkan janji kampanye yang dibuatnya pada tahun 2016, salah satunya ialah pada tahun 2019 Amerika Serikat secara resmi sudah bukan merupakan net importer untuk minyak lagi, melainkan menjadi net exporter untuk minyak. Dengan konsumsi minyak sekitar 20,000,000 bbl/hari, dan dengan posisi sebagai net exporter, tentu dapat dilihat bahwa produksi domestik minyak di Amerika Serikat cukup fantastis. Bahkan pada laporan Rystad Energy pada tahun 2016, Amerika Serikat memiliki salah satu reserve terbesar di dunia.

Menurut Rystad Energy, sebagian besar daripada oil reserve di Amerika Serikat berasal dari shale oil. Shale oil sebelumnya merupakan jenis minyak mentah yang sulit diakses, namun dengan semakin berkembangnya teknologi dan semakin mudahnya melakukan fracking di Amerika Serikat, produksi domestik Amerika Serikat memiliki potensi yang sangat besar.


Di sisi lain, kandidat Demokrat Joe Biden tidak memiliki pendapat yang jelas mengenai masalah fracking. Pada saat debat dengan Trump beberapa minggu lalu, Biden menyatakan dirinya tidak akan menghilangkan akan fracking, bahkan menantang Trump untuk menunjukkan bukti bahwa dirinya (Biden) menolak fracking. Tak lama kemudian, team kampanye Trump menunjukkan video-video Joe Biden dimana Biden menyatakan bahwa dia tidak akan melanjutkan fracking, bahkan dalam video tersebut Joe Biden menyatakan akan meninggalkan industri minyak dan gas. Dalam akhir debat tersebut, bahkan Biden menyatakan bahwa memang benar dia akan meninggalkan industri minyak dan gas dan akan beralih kepada energi terbarukan.

Di sisi lain, kandidat presiden Joe Biden mencanangkan akan mengganti seluruh sistem energi di Amerika Serikat menjadi energi terbarukan, dengan memberikan subsidi yang luar biasa bagi tenaga angin dan tenaga surya, serta melakukan pengurangan signifikan terhadap tenaga batubara, tenaga gas bumi, serta tenaga batubara. Joe Biden, untuk memenuhi tuntutan dari sayap kiri partai Demokrat, juga berencana untuk mengurangi penggunaan mobil dengan bahan bakar bensin serta mendukung penggunaan mobil dengan daya listrik. Bukan tidak mungkin bila Biden terpilih, maka berbagai rencana yang lebih radikal, seperti pengurangan penggunaan pesawat udara, perombakan rumah-rumah yang boros energi, dan hal-hal lain akan dapat juga terlaksana.

Energi terbarukan memang menjadi salah satu isu yang panas di Amerika Serikat. Pendukung partai Demokrat menginginkan perlindungan terhadap lingkungan walaupun mengorbankan produktivitas, sementara pendukung partai Republican, serta Donald Trump, menginginkan adanya keseimbangan antara produktivitas dan perlindungan terhadap lingkungan. Selama debat, Trump juga menyatakan bahwa selama administrasi Trump proteksi lingkungan juga tetap berjalan, salah satunya ialah walaupun Amerika keluar dari Paris Accord, Amerika Serikat tetap mengurangi emisi gas rumah kaca.

Kebijakan Joe Biden dapat membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, serta kerugian yang tidak ternilai bagi industri energi, industri mobil, industri transportasi, serta banyak industri lainnya. Kubu Demokrat berusaha meyakinkan bahwa orang yang kehilangan pekerjaan karena transisi tersebut akan tetap bisa bekerja, namun kebanyakan pekerja sektor energi sepertinya tidak dapat diyakinkan oleh Joe Biden.

Menjadi pukulan yang telak bagi Biden saat Biden tidak memiliki kejelasan mengenai nasib pekerja sektor minyak dan gas, sedangkan salah satu state penting yang diperebutkan, yaitu Pennsylvania, memiliki banyak pekerja di sektor tersebut. Saat Biden juga tidak memiliki kejelasan masalah fracking, hal ini juga menjadi perhatian bagi banyak pemilih, karena fracking dilihat sebagai salah satu hal yang baik, mengingat dengan adanya fracking tersebut Amerika Serikat dapat memperoleh independensi energi, dan tidak perlu lagi tergantung pada OPEC atau pada eksportir minyak lainnya.

 

2. Kebijakan pajak

Kebijakan pajak juga menjadi hal yang berbeda antara kedua calon. Bagi Donald Trump, pajak harus dibuat serendah mungkin untuk memudahkan pengusaha dan keluarga, sementara bagi Joe Biden pajak merupakan salah satu alat yang penting untuk melakukan redistribusi kekayaan. Baik Donald Trump dan Joe Biden berjanji tidak akan menaikkan pajak, namun Joe Biden berjanji akan menaikkan pajak bagi orang dengan penghasilan diatas $400,000/tahun, dan juga berjanji akan menaikkan pajak bagi perusahaan untuk meningkatkan keadilan bagi rakyat.

Peningkatan pajak bagi perusahaan mungkin tidak akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat biasa, dan walaupun sepertinya tampak baik, peningkatan pajak di perusahaan tentu akan diikuti oleh meningkatkannya harga barang yang tersedia di masyarakat, maupun menurunnya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan, yang tentu dapat juga dirasakan oleh masyarakat.

 

3. Kemudahan berbisnis

Dalam hal kemudahan berbisnis, kembali Donald Trump dan Joe Biden memiliki prinsip yang berbeda. Donald Trump adalah penganut free market, yang dalam banyak kebijakannya, berusaha untuk memangkas birokrasi sebanyak mungkin. Sedangkan di lain sisi, Joe Biden, dalam rangka untuk meningkatkan perlindungan lingkungan serta meningkatkan keadilan masyarakat, cenderung akan menambahkan aturan-aturan yang berlaku, sehingga membuat kemudahan untuk berbisnis akan semakin berkurang.

 

4. Hutang mahasiswa dan hutang rumah

Dalam sistem pendidikan Amerika Serikat, mengambil gelar adalah sesuatu hal yang memakan banyak biaya, sehingga sebagian besar mahasiswa di Amerika Serikat perlu mengambil hutang sebelum mengambil pendidikan di kampus. Dalam kebiasaan hidup orang Amerika Serikat, memiliki rumah pun adalah hal yang penting sehingga banyak warga Amerika Serikat mengambil hutang yang cukup besar, seringkali tanpa jaminan yang jelas, untuk memiliki rumah di Amerika Serikat. Dalam hal ini, kembali kedua calon presiden memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah hutang. Donald Trump beranggapan bahwa hutang merupakan kontrak antara warga negara dengan perbankan yang tidak perlu diganggu gugat oleh tindakan pemerintah, sementara Joe Biden, didorong oleh sayap kiri Demokrat, berjanji akan menghapus seluruh hutang mahasiswa di Amerika Serikat, serta memudahkan warga Amerika Serikat untuk membeli rumah dengan hutang.

Apa yang akan dijanjikan oleh Joe Biden tentu membingungkan sektor perbankan, karena penghapusan hutang yang tidak berhati-hati akan membawa dampak yang sangat besar bagi sektor perbankan. Kekhawatiran sektor perbankan datang dari asal dana penghapusan hutang tersebut, yang saat ini mencapai $1.6 trillion USD. Kekhawatiran berikutnya ialah bagaimana industri perbankan di masa yang akan datang, karena bank-bank akan lebih sulit menolak memberikan pinjaman kepada warga Amerika Serikat yang menginginkan pinjaman.

 

5. Keamanan berbisnis

Keamanan berbisnis mungkin tidak menjadi masalah yang signifikan di Amerika Serikat pada tahun-tahun yang lalu, namun menjadi salah satu isu sentral pada tahun ini. Donald Trump adalah kandidat yang mengedepankan supremasi hukum dan memilih tindakan yang cepat dan terukur ketika berhadapan dengan kekacauan di berbagai kota, sementara Joe Biden adalah kandidat yang mengedepankan kebebasan, sehingga sekalipun di berbagai kota sudah terjadi kekacauan dan terjadi disrupsi dalam kegiatan bisnis, Joe Biden serta berbagai gubernur Demokrat cenderung menggunakan taktik “wait-and-see” yang malah di berbagai tempat membuat kekacauan bertambah luas dan kerugian semakin banyak. Ini berbeda dengan Donald Trump yang cenderung mengambil keputusan yang cepat, semisalnya dengan mengirimkan Garda Nasional untuk mengambil tindakan tegas dan terukur kepada pengacau di berbagai kota.

Dari hal-hal tersebut, sangat mungkin Trump akan mengalahkan segala prediksi dan polling dan unggul menjadi presiden Amerika Serikat. Trump 2020.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here