Outlook Reksa Dana Di Tahun 2021

1776
Reksa Dana

(Vibiznews – Column) – Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh dengan tantangan dengan situasi pandemi Covid-19 yang membuat seluruh negara bergulat menyelamatkan ekonomi di semua sektor. Sektor keuangan termasuk yang terdampak, kinerja sejumlah reksa dana masih tergolong lesu sepanjang tahun ini.  Kendati demikian, masih terdapat harapan kinerja pasar reksa dana di tahun depan membaik karena kontraksi ekonomi yang terjadi pada akhir tahun mulai menunjukan pemulihannya atas berbagai upaya yang dilakukan pemerintah.

Mari kita simak Tabel1 NAB Reksa Dana di bawah ini.

Tabel 1 NAB Reksa Dana Januari – November 2020

Sumber data: Statistik NAB Reksa Dana -OJK

Dari Tabel 1 di atas  jika dilihat Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana,  mengalami penurunan dari bulan Januari 2020 hingga Juni 2020, namun terlihat meningkat kembali mulai bulan Juli hingga November 2020.

Tabel 2: Total Unit Penyertaan (UP) Januari – November 2020

Sumber data : Statistik NAB Reksa Dana-OJK

Sama halnya dengan Nilai Aktiva Bersih maka dari Tabel 2,  Unit Penyertaan Reksa Dana  mengalamai penurunan dari bulan Januari 2020 hingga Juni 2020, dan terlihat meningkat kembali pada bulan Juli sampai November 2020.

Tren yang positif ini menunjukkan adanya prospek yang bagus dalam industri reksa dana di tahun 2021.

Jika kita analisa maka resesi ekonomi yang terjadi pada 2020 tidak serta merta memberikan dampak negatif kepada kinerja semua jenis reksa dana. Reksa dana berbasis instrumen pendapatan tetap masih diuntungkan karena tingkat inflasi yang rendah akibat resesi menyebabkan imbal hasil riil yang diterima investor menjadi lebih tinggi.

Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Pasar Uang memiliki kinerja positif tahun ini. Sebaliknya kinerja Reksa Dana Saham masih memiliki sedikit kinerja negatif.

Namun, perbaikan kinerja bisnis dan ekonomi di kuartal III dan IV diperkirakan berlanjut ke tahun 2021, seiring berkurangnya lockdown di berbagai negara, pengembangan vaksin Covid-19 serta berlanjutnya tingkat bunga rendah.

Sementara itu, jika kita amati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 3 bulan terakhir terjadi kenaikan sebesar 20.87% dimulai di bulan Oktober 2020 IHSG masih di kisaran 4842.75, kemudian terus  berlanjut di bulan  November di kisaran di atas 5000 dan di bulan Desember IHSG sudah mencapai angka di atas 6000. Nampaknya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun depan diprediksi semakin membaik.

Para pakar ekonomi memprediksi tren positif IHSG ini akan berlanjut di tahun 2021 jika melihat perkembangan proyeksi dampak dari vaksin dan proses pemulihan ekonomi ke depan. Apalagi, jika Foreign Direct Investment (FDI) mulai masuk seiring disahkannya Omnibus Law, IHSG masih akan terus melaju. Para ekonom memperkirakan nilai wajar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2021 diprediksi sekitar level 6.700 – 6800, direvisi dari perkiraan sebelumnya yang hanya 6.300 hingga 6.500.

Bagi Anda yang menetapkan sebagian portfolio investasi di reksa dana, ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan investasi reksa dana, khususnya Reksa Dana Saham,karena kinerja IHSG yang positif ini membuat para Manajer Investasi (MI) mulai mengatur  komposisi portfolio Reksa Dana Saham mereka, khususnya saham-saham yang memiliki bobot   terhadap IHSG, namun kinerjanya masih tertinggal dibanding dengan IHSG. Dan sudah sewajarnya saham yang dipilih adalah saham dengan  good corporate governance yang baik.

Apa dan bagaimana prospek reksa dana di tahun 2021?

Jika kita lihat tren positif kenaikan IHSG yang cukup konsisten selama 11 minggu terakhir ini juga mempengaruhi kinerja seluruh jenis reksa dana.

Berikut ini merupakan tabel pertumbuhan AUM dan Unit Penyertaan masing-masing jenis Reksa Dana hingga Bulan November 2020 dari PT Infovesta Utama:

Sumber data: Infovesta

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kinerja reksa dana pada bulan November mencatatkan hasil yang cenderung positif, di mana peningkatan tertinggi dialami oleh reksa dana berbasis saham seperti Reksa Dana Indeks, ETF, Campuran, dan tentunya Reksa Dana Saham.

Peningkatan AUM yang cukup pesat oleh reksa dana indeks didukung oleh peningkatan kinerja indeks acuan, di mana sebagai salah satu contoh, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama bulan November tercatat naik sebesar 9,44%.

Di sisi lain, kenaikan UP (unit penyertaan) tertinggi dialami oleh Reksa Dana Pendapatan Tetap yang juga mencatatkan kenaikan AUM tertinggi setelah reksa dana berbasis saham.

Sentimen  apa saja yang akan mempengaruhi kinerja reksa dana di tahun 2021

Mengutip data Infovesta Utama, kinerja rata-rata Reksa Dana Saham hingga akhir November 2020 masih terkoreksi 12,35% secara year to date (ytd). Begitu juga dengan kinerja rata-rata Reksa Dana Campuran yang merosot 3,46% (ytd) hingga akhir bulan lalu.

 Penurunan kinerja reksa dana berbasis saham disebabkan oleh 2 faktor yaitu global dan domestik. Dari sisi global, di luar faktor pandemi Covid-19 terdapat gejolak pasar yang didorong oleh ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China, penurunan harga minyak global, hingga keadaan politik maupun persetujuan pemberian stimulus tambahan di AS.

Sedangkan dari sisi domestik, volatilitas pasar saham terjadi seiring ketidakpastian pemulihan ekonomi di tengah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ada juga faktor berupa realisasi stimulus pemerintah dan keputusan penerbitan UU Cipta Kerja yang turut mempengaruhi kinerja pasar saham.

Untuk tahun depan, kinerja reksa dana saham akan kembali dipengaruhi oleh volatilitas pasar saham yang kemungkinan masih tetap tinggi. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian dari pergerakan pasar global dan domestik yang masih berpeluang terjadi dalam jangka pendek.

Sentimen yang terjadi di tahun ini pun berpotensi kembali mempengaruhi kinerja reksa dana di tahun depan. Misalnya, perkembangan dinamika politik di AS, perkembangan vaksin Covid-19, terutama penemuan dan keberhasilan distribusi vaksin dan stimulus tambahan di AS sampai pemulihan ekonomi dan penerapan UU Cipta Kerja di Indonesia. Hal-hal ini tentunya menjadi faktor utama yang diperhatikan oleh para investor di tahun 2021.

Bagaimana prospek Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Pasar Uang?

Berbeda dengan Reksa Dana Saham, kinerja rata-rata Reksa Dana Pendapatan Tetap justru mampu tumbuh 8,93% (ytd) hingga November 2020 berdasarkan data Infovesta Utama. Demikian pula, kinerja rata-rata Reksa Dana Pasar Uang juga naik 4,36% (ytd) hingga akhir November kemarin.

Dengan perbaikan ekonomi di tahun 2021, diperkirakan inflasi akan naik bertahap baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat. Hal ini akan menyebabkan turunnya selisih imbal hasill riil kedua negara yang dapat dapat membatasi potensi capital gain bagi Reksa Dana Pendapatan Tetap.

Dengan demikian, ekspektasi kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap di tahun 2021 diperkirakan masih positif namun tidak setinggi di tahun 2020 dengan kisaran kinerja di sekitar 5,5 persen-6 persen. Namun tetap masih lebih baik dari inflasi yang berkisar 2 persen-3 persen dan kinerja Reksa Dana Pasar Uang yang berkisar di 4,5 persen-5 persen.

 Prospek Reksa Dana Saham

Untuk mengamati pergerakan Reksa Dana Saham perlu juga diketahui apakah kinerja saham-saham yang menjadi komposisi reksa dana cukup stabil dan akan menjaga beta sahamnya sekaligus menghasilkan alpha yang bagus.

Beta saham sendiri adalah sensitivitas pergerakan hasil atau return suatu saham terhadap pergerakan hasil pasar secara keseluruhan, dalam hal ini IHSG. Adapun alpha merupakan selisih antara return reksa dana dengan return yang diharapkan untuk reksa dana tersebut berdasarkan tingkat hasil dari pasar.

Reksa Dana Saham diperkirakan dapat memberikan kinerja lebih tinggi dalam jangka panjang dibandingkan Reksa Dana Pendapatan Tetap dimulai dari tahun 2021. Antara lain disebabkan korelasi yang tinggi antara pemulihan bisnis, pertumbuhan laba emiten dan kenaikan harga saham.

Dengan valuasi yang netral saat ini, diperkirakan saham akan memiliki potensi capital gain yang linear dengan tingkat pertumbuhan laba emiten di IHSG. Bila ada pemulihan bisnis, laba dapat tumbuh di kisaran 15-20 persen di 2021 dari low base tahun ini.

Dalam jangka yang lebih panjang potensi kinerja saham akan kembali ke rata-rata jangka panjang sebelum pandemi di sekitar 10-12 persen per tahun. Semua sektor emiten akan diuntungkan oleh pemulihan ekonomi hanya berbeda-beda skalanya.

Untuk itu ada baiknya investor memilih Reksa Dana Saham pasif atau aktif yang terdiversifikasi ke banyak sektor dan fundamental kuat dari pada terkonsentrasi pada beberapa sektor saja.

Jika Anda berminat untuk melakukan investasi reksa dana, perhatikan pula profil risiko Anda, jika profil risiko Anda tergolong konservatif tentu saja pilihan Reksa Dana Pasar Uang yang tepat, namun jika profil risiko Anda moderat  dapat melakukan investasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap atau Reksadana Campuran. Jika profil risiko anda tergolong high-risk maka tentu saja Anda dapat segera menambah asset portofolio Reksa Dana Saham Anda sekarang. Karena berdasarkan analisa para ekonom IHSG tidak akan turun lagi di bawah level 6.000 pada sisa akhir tahun ini, sehingga saat ini merupakan momen yang tepat untuk masuk ke Reksa Dana Saham. Sedangkan proyeksi return reksa dana diperkirakan besarnya dalam kisaran 2%-3% di atas IHSG.

 

 

Belinda Kosasih / Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting

Editor : Asido Situmorang

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here