(Vibiznews – Forex) – Tahun 2020 merupakan tahun pergerakan yang sangat ekstrem bagi pasar forex, demikian dengan pergerakan mata uang Inggris atau poundsterling yang sempat anjlok ke posisi terendah sejak 1985 pada perdagangan 18 Maret 2020. Wabah virus corona yang ditetapkan menjadi pandemi oleh WHO sejak 11 Maret 2020 menjadi pemicu utama anjlok parahnya mata uang dunia termasuk poundsterling.
Kemudian poundsdterling dalam pair GBP/USD bergerak pulih dan naik ke posisi tertinggi sejak April 2018 pada bulan Desember ini. Bagaimana dengan pergerakan mata uang poundsterling di pasar forex tahun 2021, ditengah pergerakan pasar akan didorong oleh seberapa cepat kepercayaan investor terbangun dalam pemulihan global pasca-pandemi?
Fokus pergerakan poundsterling pada tahun 2021 yang perlu diperhatikan investor adalah perkembangan kasus covid-19 serta pengaruh vaksin, dampak Brexit terhadap Inggris, kemudian pertumbuhan ekonomi Inggris yang akan turun pada kuartal 4 tahun 2020 hingga kuartal pertama tahun 2021, dan pergerakan dolar AS.
Review Pergerakan GBP/USD 2020
- Lonjakan kasus covid-19 di Inggris dan sikap panik pasar merespon kasus yang sama menjalar ke seluruh dunia. Pada saat itu korban kematian Inggris akibat wabah coronavirus naik 55% dalam satu hari menjadi 104, yang menyoroti salah kebijakan pemerintah Inggris mengatasi pandemi saat itu. Tanggal 18 Maret tekanan terhadap poundsterling paling besar hingga anjlok 4% lebih terjun ke kisaran 1.1440 yang merupakan posisi terendah sejak 1985.
- Bank sentral Inggris (BOE) memangkas suku bunga secara darurat sebanyak 2 kali dalam bulan yang sama. Pertama memutuskan menurunkan suku bunga sebesar 50bps ke 0,25%, sepekan kemudian memangkas suku bunga ke posisi 0,1% yang merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah. Alasan BOE demi membantu mendukung bisnis dan kepercayaan konsumen pada kondisi yang sedang sulit menghadapi virus corona. Saat itu poundsterling anjlok 1% lebih dan sempat turun hingga posisi 1.1410.
- Tekanan pada dolar AS sebagai safe haven berhasil mengangkat posisi poundsterling ke atas kisaran 1.2000 pada bulan April. Posisi dolar AS kemudian berlanjut melemah merespon data PDB Amerika Serikat kuartal kedua anjlok ke posisi kontraksi -32,9%. Pair mendaki merespon pulihnya kekuatan ekonomi China dan membaiknya perkembangan kasus virus corona di empat negara dengan perekonomian terbesar di Eropa. Laju pemulihan pair terus bergerak hingga masuki kuartal ketiga tahun 2020.
- Optimisme negoisasi perdagangan post-Brexit yang diperpanjang sampai Natal memberikan sentimen positif lanjutan bagi pergerakan poundsterling hingga kemudian mendaki ke 1.3400 pada tanggal 4 Desember yang merupakan posisi tertinggi sejak bulan Mei 2018.
Gambar 1: Chart Pergerakan GBP/USD Sepanjang 2020
Dari review sepanjang tahun 2020 beberapa permasalahan yang menjadi pemberat sentimen bagi pergerakan poundsterling dalam pair GBP/USD yang perlu diperhatikan pada tahun 2021 adalah:
- Pandemi virus corona menghantam pasar global; gelombang pertama penyebaran virus corona paling besar terjadi di kawasan Eropa yang bermula dari negara Italia pada akhir bulan Februari. Minggu-minggu berikutnya mulai menyebar keseluruh Eropa termasuk Inggris.
Kasus harian pertama terjangkit virus di Inggris pada 15 Februari dengan 9 kasus baru, terus meningkat dengan moderat sampai minggu pertama bulan Maret. Masuki minggu kedua bulan Maret jumlah kasus baru melonjak hingga belasan ribu kasus, dan terus melonjak hingga ratusan ribu kasus baru per hari pada pertengahan bulan Februari. Sampai pekan terakhir bulan Desember, Inggris masuk dalam daftar peringkat ke-6 jumlah kasus terpapar corona sebanyak 2,188,587 kasus dengan jumlah kematian 69625 kasus.
Gambar 2: Grafik Kasus Virus Corona di Inggris
2. Ekonomi Inggris anjlok akibat covid-19; lonjakan kasus harian di Inggris membuat pemerintah melakukan lockdown di negerinya dan itu memberi tekanan kuat bagi kegiatan perekonomian. Selama 2 kuartal berturut, PDB Inggris kontraksi dengan kuartal pertama tahun 2020 PDB alami kontraksi yang moderat lalu kuartal kedua anjlok hingga -18,8%.
Gambar 3: Grafik PDB Inggris Secara Kuartalan
3. Kebijakan Bank sentral Inggris (BOE) memangkas suku bunga hingga ke posisi rekor; Pada bulan Maret BOE memangkas suku bunganya sebanyak 2 kali sebagai respon mengalirkan uang lebih banyak pada perekonomian yang sedang kesulitan hadapi pandemi. Dalam pertemuan daruratnya di pekan pertama Maret, BOE memangkas suku bungan 50bps ke posisi 0,25%. Kemudian sepekan berikutnya langsung dipangkas ke posisi rekor terendah yaitu 0,1%.
Gambar 4: Grafik Pergerakan Suku Bunga BOE
Sebagai sentimen positif yang menjadi penggerak kuat pemulihan poundsterling pasca anjlok ke posisi terendah 35 tahun dan juga bisa dijadikan perhatian pada tahun 2021 adalah:
- Pergerakan dolar AS yang melemah sebagai safe haven; posisi dolar AS yang menguat menjadi pemberat pergerakan pair GBP/USD ketika kondisi pasar global kurang kondusif hadapi tekanan pandemi terhadap ekonomi global. Kemudian ketika tanda-tanda pemulihan ekonomi muncul masuk kuartal ketiga, posisi dolar tergerus. Pada tahun 2020 posisi dolar pernah melompat ke posisi tertinggi 18 tahun, kemudian tergerus hingga anjlok ke posisi terendah 2,5 tahun pada awal Desember.
Selain kondisi pasar, pergerakan dolar AS sepanjang tahun 2020 dipengaruhi beberapa sentimen seperti anjloknya ekonomi AS selama 2 kuartal berturut pada kuartal pertama alami kontraksi -5% dan kuartal kedua kontraksi ke posisi rekor terendah di -31,4%. Kemudian posisi dolar AS juga terganggu dengan kebijakan Fed yang cenderung kompromi dengan kebijakan melonggarkan moneter. Sentimen penggerak dolar AS selanjutnya yaitu paket stimulus fiskal ekonomi AS dan hasil pemilihan Presiden AS yang masih menggantung.
Gambar 5: Grafik Pergerakan dolar AS
2. Negoisasi perdagangan pasca Brexit disepakati; wacana No-deal Brexit pernah menekan pergerakan poundsterling sepanjang tahun 2019. Kemudian setelah dilakukan negoisasi antara pemerintah Inggris dan Brexit, wacana tersebut menjadi pudar kembali. Namun ketika negoisasi alami hambatan, pair bergerak koreksi. Karena jika terjadi No-deal Brexit setelah tenggat waktu 31 Desember 2020, maka kondisi perekonomian Inggris dan juga kawasan Eropa semakin terganggu.
Akhirnya pada malam Natal tanggal 24 Desember waktu Inggris, PM Boris Jhonson umumkan telah terjadi kesepakatan antara Uni Eropa dan Inggris terkait perdagangan pasca Brexit yang kemudian di konfirmasi oleh Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen.
Proyeksi Poundsterling 2021
Untuk pergerakan poundsterling dalam pair GBP/USD pada tahun 2021 masih akan menghadapi tekanan dari penggerak lemah tahun 2020 hingga semester pertama tahun 2021. Tekanan yang dihadapi secara fundamental:
- Lonjakan kasus covid-19 di Inggris yang masih menunjukkan pergerakan naik, apalagi pada pekan ketiga bulan Desember ditemukan varian baru dari virus covid-19 yang tingkat penularannya sangat tinggi. Berita ini telah mengejutkan dunia hingga membuat beberapa negara Eropa dan dunia memberlakukan penutupan perjalanan ke Inggris. Selain itu lonjakan kasus memaksa pemerintah Inggris menetapkan lockdown, dimana setelah melakukan yang pertama pada bulan Maret kemudian kembali pada bulan November selama sebulan dan kemudian lockdown yang ketiga pada pekan ketiga bulan Desember hingga pekan pertama tahun 2021.
2. Dampak Brexit terhadap Inggris; Tahun 2021 merupakan tahun pertama Inggris menjalani terlepasnya dari Uni Eropa. Selama ini masalah brexit selalu menjadi momok bagi pergerakan poundsterling, namun telah terjadinya kesepakatan dengan Uni Eropa dalam perdagangan meringankan beban Inggris jalaninya. Inggris masih menghadapi kewajiban biaya yang lebih besar untuk berbisnis dengan UE, yang merupakan mitra perdagangan dan investasi terbesar di negara itu.
Kesepatan perdagangan post-Brexit antara Inggris dan Uni Eropa hanya fokus pada pembebasan tarif, namun masih ada beban biaya yang akan ditanggung terkait regulasi perbatasan dan juga kualitas barang. Dari sisi perbatasan, perjalanan cargo tidak sebebas sebelum brexit sehingga menimbulkan beban biaya.
Masalah brexit lainnya yaitu masalah tenaga kerja yang memperketat tenaga kerja UE, dimana selama ini paling banyak bekerja di Inggris. Karenanya diperkirakan akan terjadi penurunan pendapatan per kapita, perdagangan, serta pendapatan rumah tangga, dalam kurun waktu dekat dan kurun waktu jauh.
3. Pertumbuhan ekonomi yang kembali menyusut; secara kuartalan PDB Inggris rebound pada kuartal ketiga tahun 2020, namun pada kuartal keempat 2020 dan kuartal pertama tahun 2021 diperkirakan akan turun lagi pasca lockdown yang berkelanjutan di negara tersebut serta dampak brexit. PDB di perkirakan kuat kembali pada kuartal kedua tahun 2021.
4. Bank sentral Inggris diperkirakan akan kembali menggelontorkan stimulus dengan terus melonggarkan kebijakannya apabila kondisi ekonomi Inggris tidak kondusif pasca Brexit.
5. Hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat; jika pada tanggal 20 Januari 2021 Presiden yang terpilih Donald J Trump maka pergerakan dolar AS akan pulih. Karena kembalinya Trump menjadi Presiden AS dengan dukungan kuat dari Kongres AS yang dinominasi partai pendukungnya, paket stimulus ekonomi terbesar senilai $1,8 triliun lebih akan mendongkrak ekonomi negara ekonomi terbesar pertama dunia tersebut. Pergerakan kuat dolar AS akan menekan posisi poundstreling selanjutnya.
Untuk pergerakan poundsterling secara teknikal sepanjang tahun 2021, penulis menentukan posisi resisten dan support dari pergerakan chart mingguan GBP/USD dengan indikator SMA 200 dan juga SMA 50 . Pada bulan pertama tahun 2021 poundsterling masih mengikuti trend pekan terakhir tahun 2020. Untuk pergerakan selanjutnya pair akan bergerak pada kisaran support dalam range 1.3140-1.1970 sampai akhir kuartal kedua tahun 2021.
R3 | R2 | R1 | S1 | S2 | S3 | |
1.4010 | 1.3730 | 1.3540 | 1.3140 | 1.2850 | 1.1970 | |
Namun poundsterling dapat naik kembali mendekati kisaran resisten sejalan dengan fundamental yang stabil, dimana pair akan bergerak naik pada kisaran resisten 1.3540 – 1.4010 masuki kuartal ketiga tahun 2021.
Dari gambaran teknikal diatas posisi pergerakan poundsterling akan alami koreksi yang cukup panjang dari pergerakan kuat pekan terakhir tahun 2020 sebelum kemudian akan kembali bergerak kuat jelang akhir tahun 2021.