Digital Banking Prospek Perbankan Saat Ini

974
Ribuan Mesin ATM Bank Tutup, Masyarakat Bergeser ke Mobile Banking
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan kelestarian lingkungan hidup menjadikan produk dan ekonomi hijau terus berkembang. Saat ini ekonomi hijau dan ekonomi digital merupakan dua tren ekonomi global, terutama di negara-negara maju. Hal tersebut diyakini akan turut memengaruhi ekonomi dan bisnis global. Hal ini juga akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Selain ekonomi hijau, Presiden juga melihat di masa saat ini, semua sektor mau tidak mau harus masuk ke tahapan digitalisasi. Di tengah melesatnya perekonomian digital dewasa ini, Kepala Negara menyebut bahwa industri dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Demikian juga tentunya dengan industri keuangan seperti perbankan.

Apalagi dengan kondisi Pandemi Covid-19 yang memaksa orang tinggal di rumah karena wabah Covid-19 yang mendunia, ini membuat orang tidak lagi melakukan transaksi secara fisik di bank, sehingga ini jadi momentum yang pas dalam percepatan tranformasi layanan perbankan secara digital. Dengan transformasi itu, nasabah bisa melakukan transaksi dan mengakses layananan keuangan lainnya hanya lewat gadget.

Sebenarnya hal ini sudah diantisipasi oleh OJK melalui POJK No.12/POJK.03/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan Digital Oleh Bank Umum. Saat itu POJK tersebut diterbitkan dengan maksud untuk mendorong  bank untuk meningkatkan kapabilitasnya dalam  memberikan pelayanan kepada nasabah yang berkesinambungan secara efektivitas dan efisiensi mengingat semakin tingginya persaingan di industri jasa keuangan. Sebagai upaya peningkatan kapabilitas, pemanfaatan perkembangan teknologi informasi secara lebih optimal merupakan prasyarat dalam mendukung inovasi layanan bank. Sehingga bank perlu memberikan kemudahan akses layanan perbankan berbasis teknologi informasi tanpa batasan tempat dan waktu.

Menurut OJK, Layanan Perbankan Digital adalah Layanan Perbankan Elektronik yang dikembangkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan data nasabah dalam rangka melayani nasabah secara lebih cepat, mudah, dan sesuai dengan kebutuhan (customer experience), serta dapat dilakukan secara mandiri sepenuhnya oleh nasabah, dengan memperhatikan aspek pengamanan. Dan tentu saja bank yang menyelenggarakan layanan perbankan digital wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip kehati-hatian, dan memenuhi ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Transaksi lewat digital ini saat ini sudah marak di negeri kita ini bahkan sebelum pandemi Covid-19 saya ingat pernah belanja di Pasar Green Lake saat itu membeli ayam pembayaran tidak menggunakan uang tunai tetapi pembayaran dilakukan dengan menggunakan aplikasi Gopay, Ovo maupun Dana. Dengan terus berkembangnya fintech, maka semakin banyak transaksi pembayaran dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang diinstall di android. Hal ini bisa jadi ancaman bagi perbankan jika tidak segera menyediakan layanan perbankan digital. Itu sebabnya banyak bank papan atas di Indonesia mulai menerapkan layanan perbankan digital.

Saat ini perlombaan bank digital di Tanah Air semakin memanas. Sejumlah bank bakal masuk ke era yang disebut dengan neobank ini. Peluang neobank untuk berkembang cukup besar di tengah tingginya aktivitas masyarakat secara daring. Namun untuk menjadi bank digital atau  bank yang menyiapkan layanan perbankan digital memerlukan banyak hal seperti harus ada platform teknologi untuk melakukan transaksi digital, belum lagi persetujuan OJK dan Bank Indonesia untuk dapat menyediakan layanan digital. Ada beberapa bank yang sudah menjajagi dan akan segera masuk dalam neobank ini antara lain:

  1. PT Bank Central Asia (BCA), Tbk yang akan meluncurkan Bank Digital BCA dalam waktu dekat. BCA merupakan bank yang paling siap untuk menjadi Bank Digital. Menurut Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA, saat ini BCA sedang dalam taraf memastikan keamanan, kenyamanan dan experience (pengalaman) nasabah berjalan dengan optimal dalam pengembangan bank digital tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi perseroan. Karena yang namanya digital tidak lepas dari data. Keamanan data nasabah menjadi hal yang sangat krusial dalam hal ini. Untuk tahap awal, BCA Digital hanya akan fokus pada layanan pendanaan dulu. Bank ini akan memfasilitasi berbagai transaksi perbankan digital melalui aplikasi digital berbasis smartphone. Layanan kredit baru akan diluncurkan tahap berikutnya, dengan target market segmen individual, individual bisnis,UMKM dan juga retail.
  1. Bank Rakyat Indonesia (BRI) berencana menggunakan anak usahanya PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) sebagai kendaraan untuk masuk ke bank digital. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, BRI Agro punya ukuran bisnis yang cukup lincah sehingga sangat memungkinkan jika sewaktu-waktu  bisnis modelnya diubah untuk bermain di ekosistem digital. Namun, rencana tersebut masih membutuhkan banyak persiapan antara lain infrastruktur, produk, Sumber Daya Manusia (SDM) dan target pasar yang dibidik. Dan tentu saja rencana bisnis tersebut baru dapat dilakukan jika sudah mendapat persetujuan dari OJK.

OJK telah memberi lampu hijau bagi bank digital bisa beroperasi tanpa harus memiliki kantor cabang fisik. Itu tercantum dalam sub bahasan di rancangan Peraturan OJK tentang Bank Umum yang sedang digodok dan ditargetkan diluncurkan semester I ini. Namun, aturan detail yang akan jadi pijakan bagi bank digital di Indonesia masih belum ada.

Menurut penulis akan ada lagi bank-bank lain yang menyusul ke ranah Bank Digital apalagi jika peraturan OJK sudah lebih lengkap.

 

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting

Editor : Asido Situmorang

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here