Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (19 Februari); Nilai Tukar Rupiah Terkoreksi

725
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (19/2).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A) Perkembangan Nilai Tukar 15 – 18 Februari 2021

Pada akhir hari Kamis, 18 Februari 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.010 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,49%.
  3. DXY menguat ke level 90,59.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,129%

Pada pagi hari Jumat, 19 Februari 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.030 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun naik ke level 6,52%.

Aliran Modal Asing (Minggu III Februari 2021)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun relatif stabil ke 66,90 bps per 18 Februari 2021 dari 66,8 bps per 12 Februari 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 15-18 Februari 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp3,54 triliun, dengan jual neto di pasar SBN sebesar Rp2,40 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp1,14 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto sebesar Rp36,24 triliun.

 

B) Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Februari 2021, perkembangan harga pada bulan Februari 2021 diperkirakan inflasi sebesar 0,07% (mtm).  Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Februari 2021 secara tahun kalender sebesar 0,33% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,34% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi komoditas cabai merah sebesar 0,03% (mtm), kangkung sebesar 0,02% (mtm), cabai rawit, bayam, bawang merah, daging sapi, besi beton dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,03% (mtm), daging ayam ras dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02% (mtm), tomat dan air kemasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (19/2).

Sumber: BI, 19-2-2021

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here