(Vibiznews – Commodity) Harga minyak naik untuk sesi keempat berturut-turut pada Kamis (25/02) ke level tertinggi dalam lebih dari 13 bulan, terbantu kebijakan pelonggaran moneter The Fed AS dan produksi minyak mentah yang lebih rendah di Amerika Serikat.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk April berada di $ 63,30 per barel, naik 8 sen, 0,1%.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk April naik 14 sen, 0,2% menjadi $ 67,18 per barel.
Kedua kontrak menyentuh level tertinggi sejak Januari 2020 di awal sesi dengan Brent di $ 67.44 dan WTI di $ 63.67.
Kepastian dari Federal Reserve AS bahwa suku bunga akan tetap rendah untuk sementara waktu meningkatkan selera risiko investor dan pasar keuangan global.
Badai musim dingin yang langka di Texas telah menyebabkan produksi minyak mentah AS turun lebih dari 10%, atau 1 juta barel per hari (bpd) pekan lalu, kata Administrasi Informasi Energi (EIA).
Pasokan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia ini juga dapat diperketat karena input minyak mentah kilangnya turun ke level terendah sejak September 2008.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, akan bertemu pada 4 Maret.
Kelompok tersebut akan membahas pelonggaran moderat pembatasan pasokan minyak dari April mengingat pemulihan harga, sumber OPEC + mengatakan, meskipun beberapa menyarankan untuk bertahan saat ini mengingat risiko kemunduran baru dalam pertempuran melawan pandemi.
Pemotongan ekstra sukarela oleh Arab Saudi pada Februari dan Maret telah memperketat pasokan global dan mendukung harga.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak bergerak naik terbantu kebijakan The Fed AS yang longgar dan penurunan produksi minyak di AS akibat cuaca dingin di Texas. Pelemahan Dolar AS juga memberikan dukungan bagi kenaikan minyak mentah. Harga minyak mentah diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 63,86-$ 64,30. Namun jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 63,06-$ 62,70.
