Risiko dan Keuntungan Bertransaksi di Cryptocurrencies – Wawancara dengan Pandu Sjahrir, Komisaris BEI

821

(Vibiznews – Dialogue & Opinion) “Bitcoin tidak menunjukkan tanda – tanda koreksi yang curam meskipun telah mengalami keuntungan yang massif sejak permulaan tahun ini. Saat ini, level resistance yang krusial adalah satu – satunya yang bisa mencegah kenaikan lebih lanjut dari Bitcoin. Harga Bitcoin naik membumbung menembus batas $42,000 pada tanggal 8 Februari setelah Tesla mengumumkan investasi sebanyak $1.50 miliar di BTC. Dorongan bullish dipanasi oleh spekulasi dan Fear on Missing Out (FOMO) diantara para partisipan pasar yang bergegas ke bursa untuk membeli sekeping Cryptocurrency. Sementara order pembelian naik bertimbun-timbun, Bitcoin baru – baru ini berhasil mencetak rekor tertinggi di $52,800”.

Kalimat di atas merupakan artikel mengenai Bitcoin di Vibiznews.com pada tanggal 19 Februari 2021, yang menunjukkan bagaimana Cryptocurrencies yang di dalamnya termasuk Bitcoin sebagai produk primadonanya, menjadi trending topic di dalam investasi keuangan di jaman digital saat ini.

Sekalipun beberapa bulan belakangan harga Cryptocurrencies sempat jatuh tajam sampai menembus ke bawah angka $30.000 di $29.278, namun dalam jangka waktu 35 hari seudah berhasil bangkit kembali, rebound 70%.

Bahkan sebagian investors/traders beranggapan Crytocurrencies telah muncul sebagai saingan dari emas dalam hal dipercaya orang sebagai alat lindung nilai (hedging) terhadap resiko inflasi yang menghantui investasi di dollar AS atau financial-assets lainnya.

Para analis terpecah menjadi dua bagian. Sebagian mengatakan bahwa harga emas sekarang ini sudah sulit untuk bisa naik tinggi dengan cepat karena sudah ada alternatif investasi sebagai lindung nilai atas resiko inflasi maupun resiko investasi lainnya. Sebagian mengatakan bahwa Cryptocurrencies tidak bisa menggantikan emas sebagai sarana lindung nilai (hedging) karena tidak ada bentuk fisiknya yang seperti emas dan hanyalah produk spekulatif. Pendapat mana yang benar?

Apapun juga, Cryptocurrencies telah menjadi salah satu alternatif investasi yang menarik dalam pasar keuangan. Namun bagaimana keamanan dalam bertransaksi di cryptocurrencies? Dapatkah harga Cryptocurrencies turun sehingga mencapai nol alias tidak ada nilainya sama sekali.

Pandu Sjahrir, Komisaris Bursa Efek Indonesia, memberikan pendapatnya mengenai resiko dan keuntungan bertransaksi di Cryptocurrencies saat berbincang dengan Vibiznews dalam Program Vibiznews Dialogue & Opinion beberapa waktu lalu.

Saat ditanyakan bagaimana keamanan bertransaksi di Cryptocurrencies, mengingat perdagangan ini di luar sistem pengawasan sistem perdagangan yang biasa dilakukan pemerintah, seperti dari Bank dan OJK, maka Pandu menyatakan berinvestasi di Cryptocurrency ini sangat beresiko, jadi perlu berhati-hati.

“…kalau Anda ingin membeli aset class Crypto, harus berhati-hati”, demikian ditegaskan Pandu

Pandu juga menambahkan jika memang belum memiliki pemahaman yang jelas dan tidak ada dalam bisnis yang terkait Crypto sebaiknya jangan melakukan transaksi di Cryptocurrency.

“…secara official, saya akan bilang jangan sentuh…karena regulasi masih belum terbentuk, masih ada di Bappebti…dan orang masih trying to understand more…kalau you don’t understand and you are not in this business untuk investment…jangan…”, demikian ditekankan Pandu.

Namun bagi Pandu Sjahrir secara pribadi sebagai personal investor, berinvestasi di asset class Cryptocurrencies memiliki peluang yang baik. Bagi Pandu, berinvestasi di Crypto ini merupakan sebagian dari fiat currency, dimana inflasi di Crypto hanya sekitar 1-2 persen karena supplynya fix, dibandingkan dengan emas inflasinya bisa 2-3 persen, dibandingkan lagi dengan US Dollar inflasinya bisa lebih tinggi lagi.

Demikian juga secara kontrol pengawasan, maka pergerakan dolar AS dikontrol oleh Bank Sentral, tapi jika berinvestasi di Crypto seperti Bitcoin dan Ethereum, maka saat masuk berinvestasi dapat melihat berapa supplynya.

Pandu pun melihat prospek 10 tahun ke depan, berinvestasi di Crypto valuenya akan lebih besar lagi.

Bagi Pandu sendiri, bertransaksi di Crypto lebih secure karena dari pertama Bitcoin dikeluarkan sampai saat ini bisa ditelusuri siapa saja yang memegang Bitcoin tersebut. Dari sisi transparansi juga lebih transparan menurut Pandu.

Berlari ke Crypto karena Alternatif hedging daripada emas, apakah demikian?

Pandu menanggapi pertanyaan tersebut dengan menyatakan bahwa banyak orang-orang di negara mereka melakukan hedging ke mata uang negara mereka sendiri, khususnya di negara-negara yang memiliki dual currency yaitu seperti mata uang mereka sendiri terhadap dolar AS.
Menurut Pandu di luar negara-negara G-15, banyak orang-orang yang melakukan hedging terhadap mata uang mereka sendiri, jadi banyak dari mereka yang menggunakan dan bertransaksi di Cryptocurrencies.

Apakah Crypto bisa turun sampai nol, benar-benar tidak berharga?

Menurut Pandu bisa saja, USD juga bisa. Karena investasi ini ada supply dan demand yang memungkinkan seperti itu. Perlu dicermati untuk Crypto seperti Bitcoin dan Ethereum likelihood-nya tipis karena dikendalikan oleh pasar secara global.

Bagi Pandu untuk mengerti perkembangan Crypto harus belajar banyak, banyak menyedikan waktu untuk membaca tentang Crypto. Juga belajar dengan diskusi dengan para ahli atau orang-orang mengetahui tentang Crypto ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here