(Vibiznews – Banking & Insurance) – Hari ini Bank Indonesia merilis data bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2021 tumbuh meningkat. Hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi terus berlangsung di negeri ini. Dari data BI maka Posisi M2 pada November 2021 tercatat sebesar Rp7.572,2 triliun atau tumbuh 11,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,5% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi uang beredar dalam arti sempit[1] (M1) sebesar 14,7% (yoy) dan uang kuasi sebesar 7,0% (yoy).
Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi komponen M1 dan uang kuasi. M1 tumbuh 14,7% (yoy), sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya (14,6%, yoy), didorong oleh pertumbuhan peredaran uang kartal dan giro rupiah. Peredaran uang kartal pada November 2021 tercatat sebesar Rp775,1 triliun, atau tumbuh 8,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,3% (yoy).
Hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas masyarakat menjelang akhir tahun dan meredanya kasus COVID-19 di Indonesia. Sementara itu, giro rupiah pada November 2021 tumbuh 23,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (21,4%, yoy). Pertumbuhan giro rupiah sedikit tertahan oleh perlambatan dana float (saldo) uang elektronik yang tercatat sebesar Rp8,2 triliun, atau tumbuh 10,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 11,7% (yoy). Pangsa dana float (saldo) uang elektronik terhadap M1 adalah 0,20%.
Di sisi lain, tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu pada November 2021 tercatat sebesar Rp2.031,5 triliun, dengan pangsa 49,0% terhadap M1. Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu tumbuh 11,9% (yoy), melambat dibandingkan Oktober 2021 (13,0%, yoy). Sementara itu, uang kuasi pada November 2021, dengan pangsa 45,0% dari M2, tercatat sebesar Rp3.405,8 triliun, atau tumbuh 7,0% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya (6,0%, yoy), didorong oleh peningkatan simpanan berjangka dan giro valas.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI UANG BEREDAR
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 pada November 2021 dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan Aktiva Luar Negeri Bersih. Penyaluran kredit[2] tumbuh sebesar 4,4% (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,0% (yoy), sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit produktif maupun konsumtif.
Aktiva Luar Negeri Bersih pada November 2021 tumbuh sebesar 10,6% (yoy), meningkat dibandingkan Oktober 2021 (5,7%, yoy), disebabkan oleh naiknya tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk, seiring dengan peningkatan cadangan devisa. Sementara itu, tagihan bersih kepada Pempus pada November 2021 tercatat stabil sebesar 30,4% (yoy). Terdapat perlambatan kewajiban sistem moneter kepada Pempus berupa simpanan dalam rupiah karena penarikan, yang diimbangi dengan perlambatan tagihan kepada Pempus berupa kepemilikan Surat Berharga Negara.
Note:
[1] Sejak posisi data September 2021, M1 terdiri dari Uang Kartal di Luar Bank umum dan BPR, Giro Rupiah dan Tabungan Rupiah yang Dapat Ditarik Sewaktu-waktu. Penjelasan lebih lanjut terkait hal ini dapat dilihat pada publikasi Analisis UB periode data Agustus 2021.
[2] Kredit yang diberikan terbatas hanya dalam bentuk Pinjaman (Loans), dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (Debt Securities), tagihan akseptasi (Banker’s Acceptances), dan Tagihan Repo. Selain itu, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor Bank Umum yang berkedudukan di Luar Negeri, dan kredit yang disalurkan kepada Pemerintah Pusat dan Bukan Penduduk
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting