(Vibiznews – Economy & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 31 Januari s.d. 4 Februari 2022
Pada akhir hari Kamis, 3 Februari 2022
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.375 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,43%.
3. DXY[1] melemah ke level 95,38.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,831%.
Pada pagi hari Jumat, 4 Februari 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.370 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun stabil pada level 6,43%.
Aliran Modal Asing (Minggu I Februari 2022)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 87,63 bps per 3 Februari 2022 dari 90,34 bps per 28 Januari 2022.
- Berdasarkan data transaksi 31 Januari – 3 Februari 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik net beli Rp4,27 triliun (net beli Rp3,59 triliun di pasar SBN dan net beli Rp0,68 triliun di pasar saham).
- Berdasarkan data setelmen s.d. 3 Februari 2022, nonresiden net jual Rp0,11 triliun di pasar SBN, sementara net beli Rp5,69 triliun di pasar saham.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Februari 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu pertama Februari 2022 diperkirakan sebesar -0,10% (mtm). Secara tahun kalender sebesar 0,46% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,97% (yoy).
- Penyumbang utama deflasi Februari 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu komoditas telur ayam ras (-0,11%, mtm), minyak goreng (-0,07%, mtm), cabai rawit (-0,06%,mtm), daging ayam ras (-0,04%, mtm), cabai merah (-0,02%, mtm), dan angkutan udara (-0,01%, mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang inflasi pada periode ini yaitu tomat dan bawang merah masing-masing sebesar -0,02% (mtm), serta beras, sabun detergen bubuk/cair, dan rokok kretek filter yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Note:
[1] DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF).
[2] UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting