Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (18 Februari 2022); Net Inflow 10,81 Triliun

665
Rupiah melemah
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :

A. Perkembangan Nilai Tukar 14 – 18 Februari 2022

Pada akhir hari Kamis, 17 Februari 2022
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.315 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun stabil ke level 6,50%.
3. DXY[1] melemah ke level 95,80.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,962%.

Pada pagi hari Jumat, 18 Februari 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.318 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun naik pada level 6,51%.

Aliran Modal Asing (Minggu III Februari 2022)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 96,93 bps per 17 Februari 2022 dari 95,51 bps per 11 Februari 2022.
  2. Berdasarkan data transaksi 14-17 Februari 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp10,81 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp2,99 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp7,82 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen s.d 17 Februari 2022 (ytd), nonresiden beli neto Rp8,77 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp16,36 triliun di pasar saham.

B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Februari 2022, perkembangan harga pada Januari 2022 tetap terkendali dan diperkirakan deflasi -0,10% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Februari 2022 secara tahun kalender sebesar 0,46% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,97% (yoy).
  2. Penyumbang utama deflasi Februari 2022 sampai dengan minggu II yaitu komoditas telur ayam ras sebesar -0,12% (mtm), minyak goreng sebesar -0,10% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,08% (mtm), cabai rawit sebesar -0,05% (mtm), cabai merah, jeruk, angkutan udara, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masingsebesar -0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami inflasi yaitu bawang merah 0,04% sebesar (mtm), tomat dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta beras dan rokok kretek filter yang masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting