(Vibiznews – Economy & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 28 Februari – 4 Maret 2022
Pada akhir hari Kamis, 3 Maret 2022
1. Rupiah ditutup melemah pada level (bid) Rp14.385 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,53%.
3. DXY menguat ke level 97,79.
4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,841%.
Pada pagi hari Jumat, 4 Maret 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.370 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun naik pada level 6,57%.
Aliran Modal Asing (Minggu I Maret 2022)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 110,71 bps per 3 Maret 2022 dari 104,31 bps per 25 Februari 2022, sejalan dengan risk off di pasar keuangan global.
- Berdasarkan data transaksi 1-2 Maret 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp6,13 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp8,30 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,17 triliun.
- Berdasarkan data setelmen s.d 2 Maret 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp1,60 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp23,20 triliun di pasar saham.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Maret 2022, perkembangan harga pada Minggu I Maret 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi 0,32% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2022 secara tahun kalender sebesar 0,88% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,31% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi Maret 2022 sampai dengan minggu I yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,07% (mtm), cabai rawit, tempe, bawang merah, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03% (mtm), daging ayam ras, tahu mentah, telur ayam ras, dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta bahan bakar rumah tangga (BBRT) dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi minyak goreng sebesar -0,04% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting