(Vibiznews – Forex) Indeks Dolar AS pada hari Jumat berakhir naik 0,60%, terpicu kelemahan dalam pasar saham mendorong permintaan likuiditas untuk dolar. Juga, kelemahan yen pada hari Jumat menguntungkan dolar setelah USD/JPY naik ke level tertinggi 5 tahun. Juga lonjakan imbal hasil T-note 10-tahun pada hari Jumat ke level tertinggi 3 minggu di 2,018% adalah bullish untuk dolar.
Data ekonomi AS hari Jumat adalah bearish untuk dolar. Indeks sentimen konsumen AS Universitas Michigan bulan Maret turun -3,1 ke level terendah 10-1/2 tahun di 59,7, lebih lemah dari ekspektasi 61,0.
Dolar juga melemah pada hari Jumat setelah Goldman Sachs memangkas perkiraan PDB AS menjadi 1,75% dari 2,0% karena pukulan terhadap ekonomi dari melonjaknya harga minyak dan dampak lain dari perang di Ukraina.
Secara mingguan dolar AS menguat 0,6%, terpicu konflik Rusia-Ukraina yang meningkatkan permintaan safe haven seperti dolar AS, juga rencana The Fed AS menaikan suku bunga AS minggu ini.
EUR/USD pada hari Jumat turun -0,69%. EUR/USD menyerahkan kenaikan awal dan membukukan penurunan moderat. EUR/USD awalnya bergerak lebih tinggi setelah IFX melaporkan bahwa Presiden Rusia Putin mengatakan kepada Presiden Belarus Lukashenko bahwa ada perkembangan positif tertentu dalam pembicaraan dengan Ukraina. Namun, euro menyerahkan kenaikannya dan bergerak lebih rendah setelah diplomat top Ukraina mengatakan bahwa tidak ada kemajuan dalam pembicaraan dengan Rusia.
Negatif lain untuk EUR/USD adalah komentar Jumat dari anggota Dewan Pemerintahan ECB Muller yang mengatakan hari ini bahwa “inflasi cepat untuk setidaknya sisa tahun ini tampaknya tak terelakkan,” dan kemungkinan rata-rata inflasi zona euro akan tetap lebih tinggi dari 5% tahun ini. .
USD/JPY pada hari Jumat naik +0,98%. USD/JPY Jumat rally ke tertinggi 5 tahun karena kebijakan bank sentral yang berbeda membebani yen, dengan Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga minggu depan dan ECB Kamis mengumumkan kecepatan yang lebih cepat dari pengurangan QE. Sementara itu, BOJ diperkirakan akan mempertahankan program QE dan mempertahankan suku bunga pada rekor terendah. Penurunan kepercayaan bisnis Jepang juga membebani yen setelah data Jumat menunjukkan kondisi bisnis manufaktur besar BSI Jepang Q1 turun -15,5 ke -7,6, terendah sejak Q2 tahun 2020.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya dolar AS akan mencermati rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga AS pada Kamis dinihari. Jika sentimen kenaikan suku bunga AS, ditambah dengan konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung, dapat menjadi sentimen bullish untuk kenaikan dolar AS.