Pertumbuhan Kredit Baru Triwulan I 2022 Tetap Terjaga Meski Lebih Rendah dari Triwulan Sebelumnya

425
Bank Indonesia dan Bank of Korea Sepakat Perpanjang BCSA

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan secara triwulanan (qtq) penyaluran kredit baru pada triwulan I 2022 tetap terjaga dan tumbuh positif. Hal ini terindikasi dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kredit baru sebesar 64,8%, meski lebih rendah dari SBT 87,0% pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru yang melambat terjadi pada seluruh jenis kredit, terindikasi dari SBT positif yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, baik pada kredit modal kerja (SBT 65,3%), kredit investasi (SBT 31,3%), maupun kredit konsumsi (SBT 46,8%).

Secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit baru tertinggi terjadi pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan SBT sebesar 48,5%, diikuti oleh sektor Pertanian, Perburuan, Kehutanan, dan sektor Penyediaan Akomodasi & Makanan Minuman dengan SBT masing-masing sebesar 39,5% dan 36,7%, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia kepada media, Kamis (21/4)

Pada triwulan II 2022 penyaluran kredit baru diprakirakan tumbuh lebih tinggi, terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 79,0%, lebih tinggi dibandingkan 64,8% pada triwulan sebelumnya. Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru triwulan II 2022 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi.

Standar penyaluran kredit pada triwulan II 2022 diprakirakan sedikit lebih longgar dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) negatif sebesar -0,4%, berbeda dengan 3,3% pada triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perkiraan penurunan suku bunga kredit yang dilakukan oleh sebagian bank.

Hasil survei menunjukkan responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit ke depan. Responden memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 9,3% (yoy) atau meningkat dibandingkan 5,2% pertumbuhan pada 2021. Optimisme tersebut antara lain didorong oleh kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting