OJK Paparkan Potensi Investasi Dalam Sektor Jasa Keuangan Pada Investor Amerika Serikat

458
OJK Terbitkan POJK Nomor 15 Tahun 2024 untuk Hindari Fraud

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Dalam kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso telah menghadiri sejumlah pertemuan dengan kalangan pebisnis dan para tokoh ekonomi serta akademisi di sejumlah kampus di Kota New York.

Salah satu yang dihadiri Wimboh adalah forum “The Indonesia B20 Roadshow: Indonesia-US Business Forum” yang dilaksanakan di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia, New York, akhir pekan ini, kepada kalangan pebisnis yang hadir Wimboh menyampaikan besarnya potensi investasi Indonesia yang antara lain didukung sektor jasa keuangan yang tetap stabil di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Sebagai informasi, B20 merupakan forum lanjutan dari G20 yang mewakili bisnis internasional. Forum ini turut dihadiri oleh Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Arjad Rasjid beserta jajaran.

Dalam kesempatan tersebut Wimboh mengungkapkan bahwa laju intermediasi sektor perbankan terus meningkat dan per Februari sudah tumbuh 6,3 persen yoy dengan risiko yang terkendali terlihat dari data NPL gross 3,1 persen.

“Industri Perbankan Indonesia juga menunjukkan ketahanan yang konsisten dengan tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) saat ini sebesar 25,8 persen. Angka di atas 20 persen ini konsisten terus meski melewati masa pandemi, dan bahkan terus membaik. Hal ini menunjukkan perbankan Indonesia sangat aman menghadapi potensi risiko di masa depan,” katanya.

Selain itu, menurutnya kinerja di sektor Pasar Modal juga terus menunjukan tren positif. IHSG pada 14 April 2022 berada pada angka 7.235,53 (9,94 persen ytd) dan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Perolehan dana juga terus mencerminkan optimisme pasar dengan 18 Initial Public Offerings (IPO) sepanjang tahun 2022, dengan nilai Rp19,21 triliun.

Pada Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) juga stabil dan kuat. Tercatat Risk Based Capital (RBC) pada asuransi jiwa dan asuransi umum dan reasuransi terjaga dengan baik masing-masing di 535,7 persen dan 323,1 persen. Pertumbuhan pembiayaan dari perusahaan pembiayaan juga membaik, tumbuh sebesar 2,43 persen yoy. Sementara untuk Non Performing-Finance (NPF) perusahaan pembiayaan juga stabil di 3,25 persen.

Data kinerja industri jasa keuangan yang stabil dan prospeknya yang bagus itu menurut Wimboh merupakan informasi yang sangat bagus bagi para calon investor asing yang ingin berinvestasi di perusahaan-perusahaan jasa keuangan, ataupun berinvestasi di sektor usaha lainnya di Indonesia.

Ditambahkan Wimboh, Indonesia memiliki potensi investasi yang sangat menarik karena selain didukung jumlah populasi penduduk 274 juta yang sebagian besar usia produktif, kondisi perekonomian juga sangat baik dan terus bertumbuh pulih dari dampak tekanan pandemi Covid-19.

“Dalam ekonomi digital, Indonesia akan menjadi nomor satu di Asia Tenggara, saya percaya itu. Saya rasa kontribusi transaksi pada tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai 124 miliar dolar AS. Dan kami memiliki 17.000 pulau, kami adalah pusat sumber daya alam. Kami banyak berkembang dalam sektor pertambangan, pertanian, kelapa sawit, perikanan dan pariwisata,” katanya.

Dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan, Wimboh menjelaskan bahwa OJK telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di bidang green economy antara lain menerbitkan dokumen Taksonomi Hijau yang akan menjadi panduan aktivitas ekonomi yang melindungi lingkungan hidup dan perubahan iklim.

Bertemu Mantan Menkeu AS
Dalam lanjutan kunjungan kerjanya, Wimboh melakukan pertemuan dengan Timothy Geithner, mantan menteri keuangan Amerika Serikat pada periode pemerintahan Presiden Barack Obama. Timothy saat ini merupakan pimpinan lembaga investasi internasional yang sangat berminat melakukan investasi pada sektor jasa keuangan Indonesia.

Dalam pertemuan itu, Wimboh menjelaskan bahwa OJK sangat mendorong investasi masuk ke industri jasa keuangan Indonesia untuk semakin memperkuat permodalan lembaga jasa keuangan, khususnya dalam rangka mempersiapkan transformasi digitalisasi dan penguatan kapasitas industri jasa keuangan menghadapi persaingan di tingkat global.

Wimboh dalam kesempatan di New York juga melakukan pertemuan dengan civitas akademika Columbia University, salah satu kampus terbaik di Amerika Serikat, untuk menjajaki program-program pascasarjana yang ditawarkan kampus ini guna mendukung pengembangan kompetensi SDM OJK.

Menurutnya, pengembangan kapasitas SDM OJK sangat penting, karena perkembangan sektor jasa keuangan yang begitu pesat, seperti adanya inovasi digital, regulatory technology dan sustainable finance yang membutuhkan perspektif baru dalam implementasinya.

Wimboh juga berkesempatan untuk berdiskusi dengan Professor Charles W. Calomiris, yang merupakan profesor bidang lembaga keuangan di Columbia Business School, Columbia School of International and Public Affairs dan juga pakar khusus Finance and Growth in Emerging Markets di Columbia University.

Dalam diskusi tersebut dibahas mengenai perkembangan best practice regulasi lembaga keuangan di negara berkembang, khususnya menghadapi normalisasi kebijakan keuangan, moneter dan fiskal negara maju.

Di mana regulator lembaga keuangan, khususnya di negara berkembang, perlu terus menerus menyelaraskan pengaturan prudensial agar sektor jasa keuangan tetap kompetitif di era globalisasi ini.

Selain itu, Wimboh juga bertukar pikiran mengenai perkembangan digital currency, kepemimpinan Indonesia di forum G20 tahun ini serta pertumbuhan ekonomi beberapa emerging markets termasuk Indonesia.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting