(Vibiznews – IDX Stocks) – Selama Oktober sampai dengan Desember 2021 (Q4 2021), beberapa perusahaan di sektor kesehatan mengalami penurunan performa apabila dibandingkan dengan Q4 2020. Berikut adalah rinciannya:
Emiten pengelola laboratorium klinik, PT Prodia Widyahusada Tbk, dengan kode saham PRDA mengalami penurunan kinerja pada Q4 2021. Laba bersih turun -24,5% YoY menjadi 110,5 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh lonjakan beban usaha (+26,5%), meskipun laba kotor masih tumbuh +2,1%.
Namun, secara kumulatif selama 2021 (FY21) kinerja Prodia meningkat pesat. Laba bersih melesat +131,3% YoY menjadi 621,6 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+56,1%) akibat pertumbuhan pendapatan (+41,6%) menjadi 2,7 triliun rupiah. Selain itu, beban usaha tumbuh lebih konservatif (+17,8%) sehingga margin laba usaha meningkat menjadi 28,5% (2020: 16,1%).
Dari segi kegiatan operasional, jumlah kunjungan pelanggan mencapai 3,6 juta kunjungan (+17,7%) dengan pendapatan per kunjungan sebesar 736 ribu rupiah (+20,3%). Selain itu, volume tes juga meningkat menjadi 19,7 juta tes (40,4%).
PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mengklaim saat ini telah memiliki 6 juta pelanggan yang menggunakan layanan Prodia. Bahkan Prodia juga telah menguasai pangsa pasar hingga 40%.
Direktur Business & Marketing PRDA, Prodia Indriyanti Rafi S menjelaskan, untuk mendorong revenue di tahun ini, salah satu strategi bisnis yang dilakukan yakni meningkatkan dan menambah layanan test non Covid-19. Di mana setiap tahunnya, Prodia akan menambah 10 test baru.
Dia mengungkapkan dua tahun belakangan ini perseroan memang tidak memfokuskan bisnisnya pada layanan test Covid-19.
“Pada kuartal keempat kemarin jumlah kasus Covid-19 sudah mulai menurun. Sehingga strategi Perseroan, pemeriksaan COVID-19 bukanlah fokus utama layanan Prodia,” kata Indriyanti kepada media kemarin Selasa (26/4).
Sebagai informasi, di sepanjang 2021 pendapatan PRDA yang berasal dari layanan terkait pandemi-seperti tes antigen, PCR, atau antibodi hanya mencapai 16% dari total pendapatan. Nilainya setara Rp 425,3 miliar dari total pendapatan perseroan.
Di samping itu, strategi bisnis lain yang dilakukan yakni menghadirkan medical tourism atau wisata kesehatan di Bali. Hal ini sejalan dengan dibukanya kembali Bali.
Dia menjelaskan, selama masa pandemi Covid-19, Prodia melihat adanya peluang-peluang dihadirkannya medical tourism. Hal itu berangkat dari masih banyak orang Indonesia yang belum bisa melakukan pemeriksaan kesehatan di luar negeri, sehingga mereka melakukan konsultasi secara online.
Pertumbuhan ini hampir 100% karena selama pandemi masyarakat tidak bisa melakukan pemeriksaan dan perjalanan ke luar negeri, dan terpaksa melakukan telekonsultansi.
Selasti Panjaitan/Vibiznews