(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit turun pada penutupan pasar hari Rabu, karena ketidakpastian akan kebijakan ekspor dari Indonesia, namun harga tidak terus turun karena diperkirakan persediaan minyak sawit turun.
Harga minyak sawit Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 41 ringgit atau 0.63% menjadi 6,464 ringgit ($1,471.77) per ton turun untuk kedua kalinya pada tiga hari.
Pada hari Selasa pemerintah Indonesia menurunkan pajak ekspor dan biaya restribusi menjadi $488 per ton dari $575 per ton untuk mendorong pengiriman ekspor.
Kebijakan ini membuat persediaan menjadi tidak pasti, sehingga membuat harga minyak sawit volatile di pasar.
GAPKI menyatakan bahwa ekspor minyak sawit akan lebih rendah 34 juta ton angka ekspor pada 2021, karena perubahan yang terjadi dan produksi juga akan sama.
The Malaysian Palm Oil Board akan mengeluarkan Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan pada hari Rabu. Diperkirkan persediaan pada akhir Mei akan turun 6 % dari bulan lalu, karena ekspor meningkat sementara produksi turu.
Indonesia pada minggu lalu membatalkan pengiriman pekerja Indonesia untuk bekerja di Malaysia karena persyaratan-persyaratan yang belum sepakat, sehingga di Malaysia masih akan kekurangan pekerja.
Kekurangan pekerja akan mengurangi hasil panen yang bisa diambil sehingga panen tidak berlangsung secara optimum pada saat musim panen di kuartal ke tiga.
Harga minyak kedelai di Dalian naik 1.7% sementara harga minyak sawit naik 0.5%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 1.3%.
Analisa tehnikal untuk sawit dengan support pertama di 6,030 ringgit dan berikut ke 5,700 ringgit sedangkan resistant pertama di 6,640 ringgit dan berikut ke 6,760 ringgit
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting