(Vibiznews – Commodity) – Pelemahan harga minyak mentah masih berlanjut di sesi Eropa awal September setelah 3 bulan berturut alami penurunan.
Harga minyak mentah turun karena kekhawatiran resesi dan prospek permintaan yang melemah membayangi kekhawatiran tentang pasokan yang lebih ketat.
Harga minyak telah anjlok lebih dari 20% dalam tiga bulan terakhir karena Federal Reserve secara agresif menaikkan suku bunga untuk memerangi lonjakan inflasinya.
Kekhawatiran ekonomi yang terus-menerus di negara importir utama China juga mengurangi prospek permintaan.
Sementara itu, data resmi menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun lebih dari 3 juta barel pekan lalu.
Namun laporan yang sama mengungkapkan bahwa produksi minyak AS naik menjadi 11,82 juta barel per hari pada Juni, tertinggi sejak April 2020.
Kemudian diberitakan bahwa produksi OPEC dan AS meningkat dan mencapai level tertinggi sejak April 2020.
Harga minyak mentah WTI untuk kontrak berjangka bulan Oktober 2022 sedang anjlok 1,45% ke posisi US$88.24 per barel setelah dibuka pada US$88.83.
Sedangkan untuk minyak acuan dunia atau jenis Brent turun 1,38% ke posisi US$94.32 per barel.
Untuk pergerakan selanjutnya harga minyak untuk kedua benchmark diperkirakan masih akan menurun.
Harga minyak WTI sedang mendekati posisi support kuat di $87.35 dan jika tembus lanjut ke support selanjutnya di kisaran $85. sedang melaju ke resisten kuat di $94.76.
Namun jika harga rebound, akan naik kembali ke $89.65 sebelum mendaki ke pivotnya di $89.93 dan kemudian ke resisten kuat di $91.60.