(Vibiznews – Economy & Bond) – Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
A. Perkembangan Nilai Tukar 17 – 20 Oktober 2022
Pada akhir hari Kamis, 20 Oktober 2022
1. Rupiah ditutup di level (bid) Rp15.570 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 7,49%.
3. DXY[1] melemah ke level 112,88.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 4,228%.
Pada pagi hari Jumat, 21 Oktober 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.585 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun naik ke level 7,50%.
Lihat: Rupiah Jumat Ditutup Melemah ke Rp 15.632/USD
Aliran Modal Asing (Minggu III Oktober 2022)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 155,67 bps per 20 Oktober 2022 dari 164,24 bps per 14 Oktober 2022.
- Berdasarkan data transaksi 17 – 20 Oktober 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp0,65 triliun. Terdiri dari jual neto Rp3,28 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp2,63 triliun di pasar saham.
- Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d 20 Oktober 2022, nonresiden jual neto Rp174,04 triliun di pasar SBN. Dan beli neto Rp72,98 triliun di pasar saham.
B. Perkembangan Inflasi
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Oktober 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu ketiga Oktober 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,05% (mtm).
- Komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu bensin sebesar 0,05% (mtm). Tarif angkutan dalam kota sebesar 0,04% (mtm). Serta angkutan antar kota, rokok kretek filter, tahu mentah, tempe, dan beras masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu ketiga Oktober yaitu cabai merah sebesar -0,10% (mtm).Telur ayam ras sebesar -0,08% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,04% (mtm). Cabai rawit sebesar -0,03% (mtm), serta tomat sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting