(Vibiznews – Economy & Bond) – Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik . Indikator dimaksud terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
A. Perkembangan Nilai Tukar 24 – 28 Oktober 2022
Pada akhir hari Kamis, 27 Oktober 2022
1. Rupiah ditutup di level (bid) Rp15.565 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,55%.
3. DXY[1] melemah ke level 110,59.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 3,919%.
Pada pagi hari Jumat, 28 Oktober 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.555 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun turun ke level 7,49%.
Lihat: Rupiah Jumat Ditutup Menguat ke Rp 15.551/USD
Aliran Modal Asing (Minggu IV Oktober 2022)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 136,22 bps per 27 Oktober 2022 dari 156,97 bps per 21 Oktober 2022.
- Berdasarkan data transaksi 24 – 27 Oktober 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp3,02 triliun. Terdiri dari beli neto Rp0,21 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp2,81 triliun di pasar saham.
- Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d. 27 Oktober 2022, nonresiden jual neto Rp177,08 triliun di pasar SBN. Dan beli neto Rp74,73 triliun di pasar saham.
B. Perkembangan Inflasi
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Oktober 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu keempat Oktober 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,05% (mtm).
- Komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2022 sampai dengan minggu keempat yaitu bensin sebesar 0,05% (mtm). Tarif angkutan dalam kota sebesar 0,04% (mtm), Tahu mentah sebesar 0,02% (mtm). Beras, tempe, angkutan antar kota dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu keempat Oktober yaitu cabai merah sebesar -0,11% (mtm). Telur ayam ras sebesar -0,07% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,04% (mtm), cabai rawit sebesar -0,03% (mtm). Serta tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting