Resiliensi Pasar Modal Indonesia dan Sektor Lokomotifnya Menuju 2023

530
BEI

(Vibiznews – IDX Stocks) – Perekonomian Indonesia telah menyelesaikan perjalanan triwulan ke-duanya didukung tekanan pandemi Covid yang mereda dengan mencetak tingkat pertumbuhan yang tinggi, mencapai 5.44% (yoy). Dengan tidak mengabaikan adanya risiko pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat..

I.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2022

Dari data BPS terakhir yang dilansir pada tanggal 5 Agustus 2022 memperlihatkan data-data yang positip, dimana ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2022 tumbuh tinggi mencapai 5.44% (yoy) ditengah risiko pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat, bahkan melampaui triwulan sebelumnya 5.01% (yoy).

Akselerasi kinerja ekonomi ditopang permintaan domestik yang terus meningkat, terutama konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor yang tetap tinggi. Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan mayoritas lapangan usaha di seluruh wilayah di Indonesia.

Perbaikan ekonomi Indonesia diprakirakan masih berlanjut, didukung peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha. Dengan tetap mewaspadai dampak perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan potensi tertahannya konsumsi rumah tangga akibat kenaikan inflasi.

Pengeluaran konsumsi dan ekspor menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022. Kebijakan pemerintah yang mengijinkan masyarakat untuk melaksanakan mudik pada Hari Raya Idulfitri di bulan Mei lalu telah mendorong konsumsi masyarakat dengan sangat kuat dan menghasilkan perputaran ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.

Kinerja ekspor Indonesia yang sangat impresif menyumbang pertumbuhan yang signifikan yang didorong bukan saja karena faktor meningkatnya harga komoditas, juga karena menguatnya kapasitas output di berbagai sektor.

Konsumsi Rumah Tangga menunjukkan pertumbuhan 5.51%, menjadi motor pertumbuhan dari segi Rumah Tangga yang selama Covid-19 sangat berdampak namun saat ini sudah kembali pada kondisi asal.

Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan pasar juga tercermin pada pertumbuhan dari sisi sektoral.  Dan penggerak terbesar dari sisi sektoral adalah sektor Industri Pengolahan yang masih tumbuh sebesar 4.01% (yoy). Kemudian sektor Transportasi dan Pergudangan serta Akomodasi & Makan Minum yang tumbuh tinggi masing-masing 21.27% dan 9.76% yang didorong oleh pelonggaran syarat perjalanan dan momen hari raya Idulfitri.

II.Kinerja Pasar Modal Indonesia 2022

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) untuk sepanjang bulan September 2022 terkoreksi 1.92% ke level 7040.80.

Sampai dengan akhir September 2022, IHSG telah naik 6.98% dengan nilai net buy investor asing mencapai Rp69,47 triliun. Dan jika dibandingkan dengan negara kawasan di tengah koreksi signifikan pasar keuangan global maka untuk sepanjang tahun 2022 ini IHSG menguat cukup baik.

IHSG

Performa Bursa Saham Asia-Pasifik 2022

Sampai dengan penutupan perdagangan hari Senin (03/10), IHSG berhasil menguat 6.51%, ditengah koreksi yang terjadi pada indeks bursa saham lainnya di kawasan Asia-Pasifik.

Indeks Nikkei 225 telah anjlok sedalam 8.95% kemudian Indeks Hangseng 27%, Indeks Shanghai Composite merosot 16.91%, Indeks ASX Australia 13.27% dan Indeks Kuala Lumpur Composite Index turun tajam sedalam 10, 84 persen.

IHSG

 

Dan kalau dilihat dari pertumbuhan IHSG per sektor selama satu tahun terakhir yaitu dari September 2021 sampai dengan September 2022, jelas terlihat yang paling mencolok adalah sektor Energi yang melonjak sebesar 92.75 persen.

IHSG

Dan Sektor Energi dalam IDX Industrial Classification terdiri dari Sub Sektor:

  1. Oil & Gas
  2. Coal
  3. Oil, Gas & Coal Supports
  4. Alternative Energy Equipment
  5. Alternative Fuels

Nomor urut 2 adalah Sektor Trasportasi dan Logistik (IDX Trans) yang didorong oleh pelonggaran syarat perjalanan dan momen hari raya Idulfitri serta aktivitas e-commerce masyarakat sehingga bergerak naik mencapai pertumbuhan sebesar 50.78 persen.

IDX Transportation & Logistic (IDX Trans) mencakup:

  1. Airlines
  2. Passenger Marine Transportation
  3. Passenger Land Transportation
  4. Logistic & Deliveries

III.Tantangan yang Dihadapi Pasar Modal Indonesia di Tahun 2022 dan 2023

Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kondisi-kondisi ekonomi dunia dan risiko-risiko yang dihadapi di dalam negeri sendiri.

  1. Masalah-masalah yang dihadapi ekonomi dunia saat ini seperti inflasi tinggi, pengetatan keuangan oleh berbagai negara, perang Rusia, Covid yang tidak selesai-selesai.
  2. Akibatnya, saat ini banyak negara yang pertumbuhan ekonominya melambat atau bahkan negative. Bahkan jumlah negara demikian makin bertambah.
  3. Keadaan ekonomi di masa depan akan sangat tergantung apakah kenaikan suku bunga dapat menurunkan inflasi tanpa terlalu mempengaruhi pertumbuhan, bagaimana perkembangan perang Russia-Ukraina dan keadaan Covid terutama di China.
  4. Pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi 3.2% pada 2022 dan 2.7% pada 2023. Angka ini adalah yang paling lambat sejak 2021 (dengan mengabaikan krisis 2008 dan krisis Covid-19). Dan yang menjadi penyebab utama adalah negara-negara maju. Ekonomi AS terkontraksi pada H1 2022. Demikian juga dengan ekonomi Eropa diprediksi alami kontraksi di H2 2022. China juga akan melambat karena kebijakan 0(nol) Covidnya.
  5. Inflasi dunia mencapai 4.7% pada tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 8.8% tahun 2022 dan 6.5% tahun 2023 dan 4.1% pada tahun 2024 nanti.
  6. Banyak downside risk pada prediksi pertumbuhan ekonomi dunia. Misalnya kebijakan moneter ternyata tidak pas, shock menghadapi harga energi dan makanan. Negara berkembang gagal bayar hutang karena nilai tukar dolar AS yang menguat, perang Russia-Ukraina yang belum berhenti, kasus Covid yang memburuk dan masalah pasar property di China.
  7. Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik adalah 6.5% pada 2021 tapi diprediksi turun ke 4% tahun 2022 dan 4.3% di tahun 2023 mendatang.
  8. Inflasi mengalami puncaknya di tahun 2022 ini namun akan turun di tahun-tahun depan.
  9. Kondisi ekonomi kawasan Asia-Pasifik dinilai cukup bagus tapi terpengaruh pengetatan keuangan dunia dan turunya demand dunia kerena perlambatan ekonomi.
  10. Indoneis diprediksi akan alami pertumbuhan sebesar 5.3% tahun 2022 namun akan turun ke 5% di tahun 2023.
  11. Sementara di kawasan Asia diprediksi tumbuh 4% tahun 2022 ini dan 4.3% tahun depan.
  12. Nilai tukar rupiah, terkoreksi tajam di sepanjang bulan September 2022, sedalam 2.6% dan menjadi pelemahan terbesar secara bulanan sejak Maret 2020 atau 2,5 tahun terakhir.
  13. Inflasi di Indonesia. Bank Indonesia (BI) telah memproyeksikan tingkat inflasi akan bergerak dalam rentang 2% sampai 4% di tahun 2023. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan bahwa inflasi baru akan bergerak turun ke level 3.6% pada 3Q23 dan akan menjadi 3% pada 4Q23. Sebelumnya BI memproyeksikan inflasi pada akhir tahun 2022 nanti akan melampaui 6% sebagai dampak kenaikan harga BBM dan tarif angkutan. Namun angka tersebut masih berada di bawah rata-rata inflasi global yang berada di level 9 persen, sebagai dampak konflik Russia-Ukraina yang memicu kenaikan harga energi dan pangan.

Menurut IMF, Indonesia tidak akan resesi karena mengalami pertumbuhan ekonomi yang masih positip. Namun perlambatan yang terjadi di negara-negara besar seperti AS, Eropa dan China, tentu akan ada efeknya ke Indonesia, terutama China karena hubungan dagang dengan China cukup besar. Tapi Indonesia akan tertolong oleh harga energi yang diperkirakan akan terus meningkat.

Penutup

Resiko yang dihadapi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri Indonesia yang masih positip pada tahun 2022 dan juga optimisme menghadapi tahun 2023, maka penulis melihat masa depan Pasar Modal Indonesia akan cukup cerah dengan sektor Energi sebagai lokomotifnya.

Selasti Panjaitan/Vibiznews/Head of Wealth Planning