Fintech Mampu Mendorong Akselerasi Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

426
Penurunan BI-Rate berdampak positif bagi fintech lending

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh hingga USD 130 miliar pada 2025, salah satunya dipengaruhi oleh adopsi layanan keuangan digital. Dengan pergerakan yang menunjukkan peningkatan signifikan, layanan keuangan digital/financial technology (fintech) dipercaya mampu mendorong akselerasi pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Sebagai langkah bersama untuk memperkuat industri fintech Tanah Air, pemerintah bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Serta asosiasi dan pelaku industri kembali memperkuat sinergi melalui Indonesia Fintech Summit (IFS), yang akan berlangsung pada 10-11 November 2022 di Bali

4th IFS 2022 diharapkan dapat menjadi wadah untuk mempertemukan para pendiri fintech lokal dan internasional, regulator, lembaga keuangan, investor, akademisi. Dan pemangku kepentingan utama lainnya untuk membahas topik industri dan peraturan terkini, mengembangkan jejaring. Serta merumuskan strategi atau aksi advokasi guna mempercepat digitalisasi pada industri jasa keuangan serta mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Kegiatan 4th IFS 2022 merupakan bagian dari rangkaian program pada Bulan Fintech Nasional (BFN). Yang akan berlangsung mulai 11 November hingga 12 Desember 2022. Hal ini akan diawali dengan momentum Hari Fintech Nasional (11.11) dan dilanjutkan dengan berbagai kegiatan edukasi dan literasi. Yang dapat diikuti secara daring oleh masyarakat Indonesia melalui www.fintechsummit.co.id. Dan ditutup dengan BFN Expo, Closing Ceremony dari IFS & BFN 2022 pada 11 – 12 Desember di Yogyakarta yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum.

Acara yang memasuki tahun keempat ini digagas oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH). Dan digelar atas sinergi dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI). Acara ini menjadi bukti nyata perkembangan pesat ekosistem fintech di Tanah Air.

Bertepatan dengan momentum G20 dan B20, tema yang diangkat akan berpusat pada daya tahan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan. Tema yang diusung pada IFS 2022 adalah “Moving Forward Together: The Role of Digital Finance and Fintech in Promoting Resilient Economic Growth and Financial Stability”.

Melalui konferensi pers pra-acara di Gedung OJK, Senin (07/11), Ketua Umum AFTECH Pandu Sjahrir, menyatakan, IFS akan kembali menghadirkan perusahaan-perusahaan fintech anggota AFTECH. Juga regulator seperti Bank Indonesia dan OJK, serta para pemangku kepentingan lain di industri fintech. Baik dari Indonesia maupun dari luar negeri.

AFTECH merasa sangat berbangga dapat menyelenggarakan kembali IFS yang diharapkan mampu mengoptimalkan dampak positif sektor jasa keuangan. Terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kestabilan sistem keuangan di masa mendatang dengan mengimplementasikan keseimbangan antara inovasi, pertumbuhan, dan perlindungan konsumen.

“Sebagai Asosiasi yang resmi ditunjuk oleh OJK untuk menaungi penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD). Ajang IFS menjadi upaya AFTECH untuk meraih visi, yakni mendorong inklusi keuangan melalui layanan keuangan digital,” ungkap Pandu.

Sementara itu, Kepala Grup Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia Dudi Dermawan menyatakan, jumlah fintech di Indonesia tumbuh pesat. Terlihat dari transaksi yang terus berakselerasi. Pertumbuhan ini, menurut Dudi, tidak terlepas dari upaya dan peran asosiasi fintech serta berbagai asosiasi terkait lainnya.

Kolaborasi dan sinergi antara regulator dan fintech perlu terus diperkuat untuk mendukung dan mengawal berbagai inisiatif strategis. Terutama dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi dan integrasi keuangan serta mengakselerasi digitalisasi sistem pembayaran di Indonesia. Dalam kaitan ini, penyelenggaraan kegiatan IFS 2022 menjadi salah satu bukti nyata kolaborasi dan sinergi tersebut.”

“Dalam penyelenggaran IFS tahun ini, BI bersama AFTECH dan OJK mengangkat berbagai tema yang masih sejalan dengan topik pada Presidensi G20 Indonesia. Dudi menambahkan, “Presidensi G20 Indonesia mengangkat pengembangan pembayaran lintas negara (cross-border payment) sebagai salah satu agenda prioritas.

Dalam mewujudkannya, interoperabilitas yang dicapai melalui kerja sama lintas batas internasional perlu diperkuat di tengah peningkatan digitalisasi ekonomi dan keuangan. Termasuk percepatan digitalisasi menuju inklusi ekonomi-keuangan, remitansi, perdagangan ritel, dan UMKM,” ungkap Dudi Dermawan.

Penyelenggaraan IFS 2022 juga didukung oleh OJK sebagai bentuk komitmen penguatan tata Kelola. Dan infrastruktur yang dibutuhkan seiring dengan melesatnya pertumbuhan fintech. Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital OJK, Triyono, menyampaikan “Penguatan sektor keuangan digital ini dapat dilihat dari segi sisi supply dan demand.

Di sisi supply, saat ini OJK berkolaborasi dengan seluruh elemen ekosistem keuangan digital tengah mempersiapkan infrastruktur seperti e-KYC. Tanda tangan elektronik, dan digital ID serta perangkat keamanan siber. Yang diyakini mampu meningkatkan tata kelola dan tingkat keamanan dalam bertransaksi melalui layanan dan produk keuangan digital.

Di sisi demand, masyarakat juga harus disiapkan dengan literasi keuangan digital yang memadai. Sehingga paham akan risiko-risiko dalam bertransaksi melalui produk dan layanan keuangan digital. Saya kira peran asosiasi juga cukup sentral di kedua sisi”, ujarnya.

Sebagai salah satu mitra penyelenggara, Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi menyambut antusias IFS dan BFN. Adrian berharap, IFS dan BFN kali ini bisa menghasilkan gagasan-gagasan signifikan. Khususnya untuk mengoptimalkan potensi industri fintech yang berasal dari kebutuhan riil masyarakat.

Adrian mencontohkan lahirnya industri fintech lending yang didorong tingginya credit gap di Indonesia, yakni mencapai Rp 1.650 triliun per 2018. Khususnya di kalangan masyarakat unbanked dan underserved. Kehadiran fintech lending diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dari masalah ini.

“Industri fintech lending terbukti dapat memberikan kemudahan layanan finansial di tengah masih banyaknya masyarakat Indonesia masih masuk ke dalam kategori unbanked. Hingga September 2022 saja, Industri ini berhasil mencatatkan agregat penyaluran pendanaan mencapai Rp455 triliun yang disalurkan oleh 960.396 pemberi pinjaman. Atau lender kepada 90,21 juta penerima pinjaman atau borrower. Ini adalah bukti nyata kontribusi fintech lending dalam memeratakan inklusi keuangan di Indonesia,” katanya.

Menutup konferensi pers, Ketua Umum AFTECH Pandu Sjahrir menyampaikan, “Terima kasih untuk mitra kami yang sigap. Dan saling bahu-membahu untuk kesuksesan 4th IFS 2022. Kami juga mengundang masyarakat luas, melalui IFS maupun BFN, untuk #MajuBersamaFintech.”

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting