Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (25 November 2022); Rupiah Melemah

586

(Vibiznews – Economy & Bond) – Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A. Perkembangan Nilai Tukar 21 – 25 November 2022

Pada akhir hari Kamis, 24 November 2022
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.663 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,94%.
3. DXY melemah ke level 106,08.
4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 3,693%.

Pada pagi hari Jumat, 25 November 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.640 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun naik ke 6,65%.

Aliran Modal Asing (Minggu IV November 2022)

1. Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 98,52 bps per 24 November 2022 dari 108,61 bps per 18 November 2022.

2. Berdasarkan data transaksi 21 – 24 November 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp11,71 triliun. Terdiri dari beli neto Rp9,72 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp1,99 triliun di pasar saham.

3. Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d. 24 November 2022, nonresiden jual neto Rp165,71 triliun di pasar SBN. Dan beli neto Rp75,40 triliun di pasar saham.

B. Perkembangan Inflasi

1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV November 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu ke empat November 2022 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,18% (mtm).

2. Komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 sampai dengan minggu ke empat yaitu telur ayam ras dan tomat masing-masing sebesar 0,03% (mtm). Daging ayam ras, air kemasan, emas perhiasan, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% (mtm). Tempe, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, beras, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah sebesar -0,09% (mtm), cabai rawit sebesar -0,03% (mtm), serta bawang putih dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting