Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (9 Desember 2022); Rupiah Menguat

641

(Vibiznews – Economy & Bond) – Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A. Perkembangan Nilai Tukar 5 – 9 Desember 2022

Pada akhir hari Kamis, 8 Desember 2022
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.620 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 6,94%.
3. DXY[1] menguat ke level 104,77.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun stabil di level 3,482%.

Pada pagi hari Jumat, 9 Desember 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.560 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun turun ke 6,92%.

Aliran Modal Asing (Minggu II Desember 2022)

1. Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke 100,20 bps per 8 Desember 2022 dari 89,11 bps per 2 Desember 2022.

2. Berdasarkan data transaksi 5 – 8 Desember 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp1,77 triliun. Terdiri dari beli neto Rp8,45 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp6,68 triliun di pasar saham.

3. Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d. 8 Desember 2022, nonresiden jual neto Rp140,62 triliun di pasar SBN. Dan beli neto Rp73,27 triliun di pasar saham.

B. Perkembangan Inflasi

1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Desember 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu kedua Desember 2022 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,37% (mtm).

2. Komoditas utama penyumbang inflasi Desember 2022 sampai dengan minggu kedua yaitu telur ayam ras sebesar 0,07% (mtm). Beras, tomat dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03% (mtm). Daging ayam ras, minyak goreng dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% (mtm). Serta cabai rawit, kangkung, bensin, dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah dan bawang merah masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. Hal ini untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting