(Vibiznews – IDX) PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari ini (23/12) memasuki usia perak 25 tahun. KSEI yang berperan sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di pasar modal Indonesia ini memperoleh sederet prestasi, antara lain gelar sebagai Kustodian sentral terbaik di Asia Tenggara untuk yang kelima kalinya.
Predikat Kustodian sentral terbaik di Asia Tenggara berhasil diperoleh KSEI dari Alpha South East Asia. Sebelumnya, KSEI juga meraih penghargaan yang sama pada 2016, 2018, 2019 dan 2021. Gelar Kustodian sentral terbaik di Asia Tenggara berhasil diperoleh KSEI atas inovasi yang dilakukan sepanjang tahun 2022 serta rencana pengembangan pasar modal Indonesia di masa mendatang.
Tahun 2022 merupakan masa yang cukup penting mengingat tahun ini merupakan transisi dari masa pandemi COVID-19 ke kondisi yang berangsur normal. Meski masih terdapat pembatasan mobilitas dan kehadiran fisik, KSEI terus berupaya melakukan berbagai inovasi khususnya yang terkait pengembangan infrastruktur untuk kemajuan pasar modal.
Mengusung tema ‘25 Tahun Membangun Kemajuan’ dalam peringatan usia perak ini, Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menyampaikan, “Sejak awal berdiri pada tahun 1997, KSEI tidak pernah berhenti untuk membangun inovasi untuk dapat memajukan pasar modal Indonesia. Salah satu inovasi dari KSEI bahkan ada yang menjadi tonggak sejarah pasar modal Indonesia, khususnya untuk pengembangan sistem dan infrastruktur,” kata Uriep.
Uriep menambahkan, salah satu tolak ukur dari pencapaian di pasar modal Indonesia adalah pertumbuhan jumlah investor. Jika sebelumnya KSEI telah melakukan beberapa terobosan untuk mendukung pertumbuhan investor, antara lain simplifikasi pembukaan rekening pasar modal sejak tahun 2019, dan peluncuran platform RUPS online yaitu EASY KSEI sejak 2020, maka di tahun 2022 KSEI melakukan peremajaan sistem utama yang digunakan untuk penyimpanan dan penyelesaian. Pada Agustus 2022, KSEI melakukan peningkatan kapasitas sistem The Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST) yang merupakan sistem untuk penyimpanan dan penyelesaian di pasar modal.
Peningkatan kapasitas sistem ditujukan untuk mendukung pertumbuhan jumlah investor pasar modal, serta peningkatan frekuensi transaksi bursa di masa yang akan datang. Saat ini, C-BEST dapat melakukan proses penyelesaian transaksi dengan kecepatan 150 ribu per menit, dari sebelumnya 20 ribu per menit, atau meningkat 650%. Termasuk juga peningkatan kapasitas jumlah Sub Rekening Efek yang dapat dibuka pada setiap perusahaan efek dan bank kustodian dari sebelumnya 1,6 juta menjadi 2 miliar sub rekening efek (SRE).
Upaya untuk membuka akses ke pasar modal melalui simplifikasi pembukaan rekening juga terus dilakukan KSEI melalui kerja sama dengan perusahaan efek dan bank administrator rekening dana nasabah (RDN). Selama 2022, terdapat penambahan 1 bank administrator RDN yang bekerja sama dengan KSEI, sehingga total terdapat 18 bank yang dapat mendukung pembukaan RDN dalam berinvestasi di pasar modal. Adapun jumlah perusahaan efek yang dapat mendukung program simplifikasi pembukaan rekening sepanjang tahun 2022 juga bertambah 9 perusahaan sehingga secara total terdapat 40 perusahaan efek yang dapat mendukung proses pembukaan rekening secara online.
Direktur KSEI Supranoto Prajogo mengatakan, sejak akhir tahun 2021 hingga 16 Desember 2022, jumlah investor pasar modal telah tumbuh 36,7% dari sebelumnya 7,49 juta investor pada akhir 2021 menjadi 10,24 juta investor pada 16 Desember 2022. Jumlah tersebut merupakan jumlah investor pemilik saham, surat utang, reksa dana, surat berharga negara (SBN) dan jenis efek lain yang tercatat di KSEI, dengan komposisi 4,42 juta investor memiliki aset saham, surat utang dan efek lainnya, 9,53 juta investor memiliki aset reksa dana dan 826 ribu investor memiliki aset SBN.
Direktur KSEI Supranoto Prajogo menyampaikan bahwa berdasarkan data yang tercatat di KSEI per tanggal 16 Desember 2022, investor pasar modal didominasi oleh 62,63% laki-laki, 58,65% usia di bawah 30 tahun, 32,21% pegawai swasta, 62,95% lulusan SMA, 48,53% berpenghasilan 10-100 juta/tahun dan 69,09% berdomisili di pulau Jawa.