Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (13 Januari 2023); Rupiah Menguat

531
(Vibiznews – Economy & Bond) – Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A. Perkembangan Nilai Tukar 9-12 Januari 2023
Pada akhir hari Kamis, 12 Januari 2023
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.336 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,73%.
3. DXY[1] melemah ke level 102,25.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 3,440%.

Pada pagi hari Jumat, 13 Januari 2023
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.200 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun turun ke 6,61%.

Aliran Modal Asing (Minggu II Januari 2023)

1. Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 86,82 bps per 12 Januari 2023 dari 92,63 bps per 6 Januari 2023.

2. Berdasarkan data transaksi 9-12 Januari 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp9,95 triliun. Terdiri dari beli neto Rp12,36 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,42 triliun di pasar saham.

3. Selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen s.d. 12 Januari 2023, nonresiden beli neto Rp16,31 triliun di pasar SBN. Dan jual neto Rp5,32 triliun di pasar saham.

B. Perkembangan Inflasi

1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada Minggu II Januari 2023, perkembangan harga sampai dengan minggu kedua Januari 2023 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,41% (mtm).

2. Komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu kedua yaitu cabai rawit 0,07% (mtm), cabai merah 0,06% (mtm). Lalu bawang merah 0,05% (mtm), beras 0,04% (mtm), rokok kretek dengan filter 0,03% (mtm), emas perhiasan 0,02% (mtm). Serta bawang putih, kangkung, tahu mentah, daging ayam ras, bayam, nasi dengan lauk, rokok kretek dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu bensin -0,06% (mtm). Telur ayam ras, angkutan udara masing-masing sebesar -0,03% (mtm) dan tomat -0,01% (mtm).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. Untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting