(Vibiznews – Commodity) Harga minyak turun pada hari Senin karena kekhawatiran atas dampak ekonomi dari Federal Reserve AS yang berpotensi menaikkan suku bunga dan data manufaktur China yang lebih lemah melebihi dukungan dari pengurangan pasokan baru OPEC+ yang mulai berlaku bulan ini.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun $1,71, atau 2,23%, diperdagangkan pada $75,07.
Minyak mentah Brent turun $1,62, atau 2,0%, menjadi $78,71 per barel.
The Fed, yang bertemu pada 2-3 Mei, diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi. Dolar AS naik terhadap sekeranjang mata uang pada hari Senin, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Ketakutan krisis perbankan telah membebani minyak dalam beberapa pekan terakhir dan lembaga besar AS ketiga yang gagal dalam dua bulan, regulator Amerika Serikat mengatakan pada hari Senin, First Republic Bank telah disita dan kesepakatan untuk menjual bank ke JPMorgan disepakati.
Data ekonomi yang lemah dari China menjadi fokus. Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur China turun menjadi 49,2 dari 51,9 pada bulan Maret, turun di bawah angka 50 poin yang memisahkan ekspansi dan kontraksi dalam aktivitas bulanan.
Beberapa dukungan datang dari pengurangan produksi sukarela sekitar 1,16 juta barel per hari oleh anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, yang berlaku mulai Mei.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga minyak akan mencermati pergerakan dolar AS, yang jika bergerak naik terdukung data ekonomi AS yang positif dan proyeksi kenaikan suku bunga The Fed, akan menekan harga minyak. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $74,34-$73,61. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance $75,67-$76,23.