Pabrik Indomie Bukukan Laba Bersih Rp3,95 Triliun pada 1Q23

634
indomie

(Vibiznews – IDX Stocks) – Produsen mie instan merek Indomie, PT Indofood CBP Tbk pemilik saham dengan kode ICBP, membukukan kenaikan laba bersih sebesar 209,4% QoQ dan 103,7% YoY menjadi Rp3,95 triliun pada 1Q23.

Pada periode tersebut, penjualan bersih ICBP tercatat naik 11,4% YoY menjadi Rp19,1 triliun, ditopang oleh segmen mie instan yang tumbuh 14,3% YoY.

Di sisi lain, beban pokok penjualan mengalami kenaikan lebih moderat 7,7% YoY, dengan beban bahan baku naik 10,9% YoY. Alhasil, marjin laba kotor (GPM) tumbuh ke level 36,4%, naik dibandingkan periode yang sama di 1Q22 yaitu 34,2%.

Lonjakan laba bersih ICBP pada 1Q23 juga didorong oleh laba selisih kurs dari aktivitas pendanaan yang tercatat mencapai Rp1,8 triliun, berbalik dari kerugian kurs sebesar Rp257,6 miliar pada 1Q22.

Kinerja positif juga dicetak oleh induk usaha ICBP, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), yang mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 124,7% QoQ dan 63,3% YoY menjadi Rp3,85 triliun pada 1Q23.

Pendapatan INDF naik 11,3% YoY menjadi Rp30,5 triliun pada 1Q23, ditopang oleh pertumbuhan seluruh segmen usaha.

Di sisi lain, beban pokok penjualan 14,4% YoY naik lebih tinggi, sehingga GPM turun menjadi 31,1%, bila dibandingkan dengan kinerja 1Q22, sebesar 32,9%.

Sejalan dengan ICBP, laba bersih INDF pada 1Q23 juga terdongkrak oleh laba selisih kurs dari aktivitas pendanaan yang tercatat mencapai Rp2,06 triliun, berbalik dari kerugian selisih kurs sebesar Rp273,7 miliar pada 1Q22.

Realisasi kinerja ICBP pada 1Q23 mengindikasikan perbaikan yang signifikan, setelah sempat tertekan pada 2022. Bahkan, pada 2Q22, ICBP sempat mengalami rugi sebesar Rp11 miliar, yang menandai kerugian kuartalan pertama sejak perseroan melantai di BEI.

Kerugian pada kuartal tersebut disebabkan oleh tingginya harga komoditas bahan baku seperti gandum dan kelapa sawit, serta lonjakan beban keuangan.

Kontribusi laba selisih kurs dari aktivitas pendanaan bagi kinerja ICBP dan INDF pada 1Q23 tidak terlepas dari penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS sebesar 5,56% YTD per 1Q23.

Kondisi tersebut berbalik dari pelemahan sebesar 8,56% selama tahun lalu, yang menyebabkan ICBP membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp4 triliun pada FY22. Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap kinerja keuangan ICBP dan INDF, mengingat ICBP memiliki utang obligasi dolar AS yang cukup besar.

Dengan realisasi pada 1Q23, penjualan ICBP telah mencapai 27% dari estimasi FY23 menurut konsensus analis yang mencapai Rp71,4 triliun, dengan laba bersih setara 50% dari estimasi laba bersih FY23 yang mencapai Rp7,9 triliun.

Di sisi lain, INDF telah mencapai 26,5% dari estimasi penjualan FY23 menurut konsensus analis yang mencapai Rp115,1 triliun, dengan laba bersih mencapai 43,3% dari estimasi FY23 yang mencapai Rp8,9 triliun.

Berdasarkan harga saham pada penutupan bursa hari Rabu (3/5), valuasi P/E (TTM) ICBP berada di level 27,3x dengan PBV 3,4x, sementara INDF memiliki valuasi P/E (TTM) di level 7,4x dan PBV di 1,02x.

Selasti Panjaitan/Vibiznews/Head of Wealth Planning