(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka Brent menembus $80 per barel untuk pertama kalinya sejak Mei pada hari Rabu setelah data inflasi A.S. menurun.
Data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan harga konsumen AS naik moderat pada bulan Juni dan mencatat kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun karena inflasi terus mereda.
Pasar memperkirakan satu lagi kenaikan suku bunga, tetapi siklus kenaikan suku bunga AS kemungkinan telah mencapai puncaknya. Tingkat yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Minyak mentah berjangka Brent naik 47 sen ke $79,87 per barel, setelah naik setinggi $80,05 sebelumnya.
Minyak mentah berjangka WTI AS naik 56 sen menjadi $75,39 per barel.
Dolar yang lebih lemah, optimisme seputar stimulus China dan data pasokan AS juga mendukung sentimen positif.
Sementara itu, prakiraan dari Administrasi Informasi Energi (EIA) AS dan Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan pengetatan pasar hingga 2024.
IEA memperkirakan pasar minyak akan tetap ketat pada paruh kedua tahun 2023, mengutip permintaan yang kuat dari China dan negara berkembang dikombinasikan dengan pengurangan pasokan dari produsen terkemuka. Prakiraan baru dari IEA diharapkan minggu ini.
Produsen utama Arab Saudi pekan lalu berjanji untuk memperpanjang pengurangan produksi 1 juta barel per hari pada Agustus, sementara Rusia akan memangkas ekspor sebesar 500.000 barel per hari.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga minyak dapat naik dengan menurunnya inflasi AS yang melemahkan dolar AS. Harga minyak WTI AS diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $76,06-$76,39. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support $75,15-$74,00.



