Pasar Variatif di antara Suku Bunga Domestik dan Global — Domestic Market Outlook, 31 July – 4 August 2023

834
Vibizmedia Picture

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • IHSG dan rupiah kembali bergerak variatif, di tengah berlanjutnya net buy investor asing.
  • BI menetapkan untuk mempertahankan BI7DRR pada 5,75%, sejalan dengan perkiraan pasar.
  • Lembaga Pemeringkat R&I meningkatkan outlookIndonesia menjadi positif pada BBB+.
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang ini adalah rilis inflasi IHK pada hari Selasa.

Minggu berikutnya, isyu prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 31 July – 4 August 2023.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau menguat di pekan kelimanya, sempat berada di 3 bulan lebih tertingginya lalu terkoreksi, masih uptrend ditopang sentimen positif bursa regional dan net buy investor asing. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0,28%, atau 19,428 poin, ke level 6.900,230. Untuk minggu berikutnya (31 Juli – 4 Agustus 2023), dengan IHSG kemungkinan akan agak konsolidatif antara profit taking dan kondisi masih uptrend, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.965 dan 6.989. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.828, dan bila tembus ke level 6.622.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terkoreksi di minggu keduanya, tertekan sentimen bahwa the Fed masih mungkin menaikkan suku bunganya lagi yang mengangkat lanjut dollar global, meskipun terdapat capital inflow di pasar SBN sebesar Rp1 triliun, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,39% ke level Rp 15.102. Sementara, dollar global terpantau bangkit ke 2,5 minggu tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan menanjak bertahap, atau kemungkinan rupiah terkoreksi secara perlahan, dalam range antara resistance di level Rp15.132 dan Rp15.222, sementara support di level Rp14.977 dan Rp14.913.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir stabil sedikit menurun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik tipis yield obligasi dan berakhir ke 6,274% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury menguat secara mingguannya.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Bank Indonesia juga menegaskan pandangannya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik didukung oleh permintaan domestik. Perekonomian domestik pada triwulan II 2023 diprakirakan tumbuh lebih baik dari proyeksi, ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi. 

BI memprakirakan bahwa dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dapat mencapai kisaran 4,5-5,3%.

Lembaga Pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) pada 25 Juli 2023 meningkatkan outlook Republik Indonesia menjadi positif dari sebelumnya stabil, dan mempertahankan Peringkat RI pada BBB+ (dua level di atas tingkat terendah Investment Grade). Keputusan ini didukung oleh kinerja ekonomi yang tetap kuat dan ketahanan ekonomi yang terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi global, inflasi dan defisit fiskal yang kembali dalam target lebih cepat dari perkiraan, stabilitas keuangan yang terjaga, serta tren penurunan rasio utang Pemerintah.

Berdasarkan data transaksi 24 – 27 Juli 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp0,70 triliun terdiri dari jual neto Rp0,30 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp1,00 triliun di pasar saham.

===

Dinamika pasar karena isyu prospek the Fed akan berrlanjut atau berhenti menaikkan suku bunganya bisa begitu menggerakkan pasar. Isyu lain yang diperhatikan pasar seperti perkembangan perang atau tensi geopolitik.  Kita melihat bahwa faktor fundamental ekonomi, serta juga politik, begitu signifikan dalam memengaruhi pasar.

Bagi investor lokal yang, katakanlah, bukan berlatar belakang pendidikan ekonomi kadang tidak mudah untuk memahami dinamika berbagai indikator perekonomian dan yang terkait tersebut. Kendala itu bukan merupakan masalah kalau Anda terus menyimak berita dan analisis pasar di vibiznews.com. Banyak orang telah mengakuinya. Terima kasih tetap bersama kami karena kami hadir demi mendukung sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting