(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan variatif, dengan IHSG menguat dan rupiah masih terkoreksi bearish di minggunya yang keenam.
- Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR pada level 5,75% sesuai estimasi pasar.
- Perekonomian Indonesia dilaporkan tumbuh kuat didukung terutama oleh permintaan domestik.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang ini adalah rilis S&P Global Indonesia Manufacturing PMI pada Jumat.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 28 August – 1 September 2023.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berbalik menguat agak terbatas, masih sekitar rentang konsolidasi 6 minggu terakhir, tertahan oleh sentimen the Fed masih akan menaikkan suku bunganya, serta BI yang mempertahankan suku bunga acuannya. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya dalam rentang terbatas. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0,52%, atau 35,531 poin, ke level 6.895,443. Untuk minggu berikutnya (28 Agustus – 1 September 2023), IHSG kemungkinan akan masih konsolidatif dan sideways, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.966 dan 6.989. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.825, dan bila tembus ke level 6.622.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah di minggu keenamnya, dekat dengan level 22 minggu atau 5,5 bulan terendahnya, tertekan lagi oleh berlanjutnya rally dollar, ditambah terdapatnya capital outflow di pasar keuangan domestik sekitar Rp4,5 triliun, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,86% ke level Rp 15.300. Sementara, dollar global terpantau masih bullish pada 3 bulan terkuatnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan masih uptrend, atau kemungkinan rupiah cenderung tertekan walau akan ada upaya rebound pendek, dalam range antara resistance di level Rp15.391 dan Rp15.455, sementara support di level Rp15.185 dan Rp15.018.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir melemah secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 6,528% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury agak terkoreksi setelah sempat menyentuh 16 tahun tertingginya.
===
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Agustus 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024.
Lebih lanjut BI menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh kuat didukung oleh permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2023 tercatat sebesar 5,17% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy). Sumber pertumbuhan terutama dari kuatnya permintaan domestik sejalan dengan kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta peningkatan investasi.
Menurut BI pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi 4,5-5,3%.
Bank Indonesia melaporkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2023 tetap terjaga di tengah kondisi ketidakpastian global. Defisit transaksi berjalan tercatat rendah di tengah kondisi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global serta kenaikan permintaan domestik. Dengan perkembangan tersebut, NPI pada triwulan II 2023 mencatat defisit 7,4 miliar dolar AS dan posisi cadangan devisa pada akhir Juni tercatat tetap tinggi sebesar 137,5 miliar dolar AS.
Berdasarkan data transaksi 21– 24 Agustus 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp4,51 triliun terdiri dari jual neto Rp2,31 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,20 triliun di pasar saham.
===
Anda mungkin pernah memerhatikan bagaimana dana asing satu waktu masuk dengan deras ke pasar modal dan pasar uang Indonesia, lalu dengan deras pula dana-dana itu lari keluar. Memang kadang demikian pergerakan dana investasi global. Begitu cepatnya mengalir ke berbagai instrumen investasi menembus batas-batas antar negara. Begitu cepat masuk, mampir, keluar dan akan begitu cepat pula mengalami “switching” dari satu asset ke asset lainnya, serta dari satu negara ke negara lainnya.
Itu sebabnya, kita perlu mempelajari dinamika portfolio investasi, baik dari sisi jenis, jangka waktu, tingkat risiko, typical, dll. Simak terus di Vibiznews.com dan jadilah investor yang sukses. Salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting