Harga Minyak Rabu Berakhir Anjlok Hampir 6 Persen

378

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak ditutup anjlok hampir 6% pada hari Rabu karena tekanan permintaan bahan bakar dan gambaran makroekonomi yang suram.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) merosot $5,01, atau 5,6%, menjadi $84,22.

Minyak mentah berjangka Brent anjlok $5,11, atau 5,6%, menjadi $85,81 per barel.

Harga minyak mencapai sesi terendahnya, dimana kedua patokan turun lebih dari $5, dan minyak pemanas serta bensin berjangka juga turun lebih dari 5%. Harga minyak mentah telah turun sekitar $10 sejak penyelesaian minggu lalu.

Sedangkan poasokan bensin jadi, yang mewakili permintaan, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu.

Analis memperkirakan kemungkinan kehancuran permintaan tersebut disebabkan oleh hujan deras yang membawa banjir ke New York pada Jumat lalu dan badai pasca-tropis Ophelia, yang mengguyur Timur Laut dengan hujan lebat pada akhir September.

Lonjakan harga bahan bakar sebesar 30% pada kuartal ketiga tahun ini menekan permintaan, mengakibatkan penurunan musiman sebesar 223.000 barel per hari, tulis para analis dalam catatan hari Rabu.

Pasokan bensin naik 6,5 juta barel, jauh melebihi ekspektasi kenaikan 200.000 barel.

Pasokan minyak mentah nasional AS turun 2,2 juta barel menjadi 414,1 juta barel dalam sepekan hingga 29 September, namun pasokan di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman WTI, naik untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.

Pengurangan pasokan minyak mentah secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun akan dilanjutkan, demikian pernyataan Kementerian Energi Arab Saudi.

Sementara itu Rusia mengatakan akan melanjutkan pengurangan ekspor minyak mentah sebesar 300.000 barel per hari, dan pada bulan November akan meninjau kembali pengurangan produksi sukarela sebesar 500.000 barel per hari. pada bulan April.

Tapi crack spread, yang merupakan proksi margin penyulingan, turun di bawah $20 per barel pada hari Rabu ke level terendah dalam sekitar 1,5 tahun.

Sementara itu pertumbuhan di sektor jasa AS melambat pada bulan September, yang menekan permintaan minyak.

Harian Kommersant melaporkan bahwa Rusia mungkin siap untuk melonggarkan larangan penggunaan bahan bakar diesel dalam beberapa hari mendatang, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Pertemuan online Komite Pemantau Kementerian Gabungan (JMMC) OPEC+ mempertahankan kebijakan produksi kelompok tersebut tidak berubah.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pemotongan yang dilakukan Saudi dan Rusia telah membantu menyeimbangkan pasar minyak, dan mengatakan pasar domestik mendapat manfaat dari larangan ekspor solar dan bensin yang dikeluarkan Kremlin.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga minyak dapat bergerak naik dengan upaya bargain hunting setelah harga minyak merosot tajam. Harga minyak juga akan mecermati pergerakan dolar AS yang dapat turun jika data jobless claim AS terealisir naik. Harga minyak WTI diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $84,70-$85,16. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support $83,95-$83,49.