SHPR Triwulan III 2023 : Harga Properti Residensial Meningkat

753
Insentif Kelonggaran Likuiditas Makroprudensial Belum Mengangkat Permintaan Properti, Apa Faktor Penyebabnya?
(Vibiznews – Property) – Bank Indonesia merilis Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Triwulan III 2023. Hasil Survei mengindikasikan bahwa perkembangan harga properti residensial di pasar primer secara tahunan meningkat pada triwulan III 2023.

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2023 secara tahunan tumbuh sebesar 1,96% (yoy). Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,92% (yoy).(Grafik 1).

Pertumbuhan IHPR tersebut terutama ditopang oleh kenaikan harga rumah tipe besar sebesar 1,70% (yoy). Angka ini lebih tinggi dari kenaikan pada triwulan II 2023 yang sebesar 1,49% (yoy).

Sementara itu, kenaikan harga rumah tipe kecil dan tipe menengah relatif mendekati pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Masing-masing meningkat sebesar 2,11% (yoy) dan 2,44%, lebih rendah dari 2,22% (yoy) dan 2,72% (yoy) pada triwulan II 2023.

Secara triwulanan, harga properti residensial primer pada triwulan III 2023 juga terindikasi tetap kuat dengan kenaikan sebesar 0,57% (qtq). Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (0,48%, qtq) (Grafik 1)

Grafik 1 Perkembangan IHPR Triwulan III 2023
Sumber: Bank Indonesia

Secara spasial, peningkatan IHPR Primer secara triwulanan terutama terjadi di kota Pontianak (2,44%, qtq), Padang (1,33%, qtq), dan Pekanbaru (0,58%, qtq).

Penjualan Properti Residensial Triwulan III 2023

Dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2023 belum pulih.

Penjualan properti residensial masih terkontraksi sebesar 6,59% (yoy) pada triwulan III 2023. Meski angka ini membaik dari kontraksi 12,30% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Kondisi penjualan pada triwulan III 2023 yang masih lemah tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah yang terkontraksi. Baik tipe kecil (9,52%, yoy), tipe menengah (13,90%, yoy), maupun tipe besar (0,20%, mtm).

Faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer

Berdasarkan informasi dari responden, terdapat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer antara lain:
i) Masalah perizinan/birokrasi (30,08%);
ii) Suku bunga KPR (29,81%);
iii) Proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (24,19%);
iv) Perpajakan (15,92%)

Pembiayaan Properti Residensial

Hasil survei juga menunjukkan bahwa modal utama pembangunan properti residensial oleh pengembang berasal dari sumber pembiayaan nonperbankan. Yaitu dana internal dengan pangsa 73,46%.

Sementara dari sisi konsumen, skema pembiayaan utama dalam pembelian rumah primer adalah KPR, dengan pangsa 75,50% dari total pembiayaan.

Analis Vibiz Research Center melihat secara lebih detailnya bahwa indeks harga properti residential untuk seluruh tipe mengalami peningkatan. Artinya tetap kuat dibandingkan triwulan sebelumnya. Terutama ditopang harga rumah tipe besar.

Sementara itu, berdasarkan Survei Penawaran dan Pembiayaan Perbankan Triwulan III 2023, penyaluran kredit triwulan III lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dan hasil survei menunjukkan untuk penyaluran kredit rumah tangga terbesar adalah Kredit Multi Guna 37,9% dari total pengajuan pembiayaan baru. Diikuti oleh kredit kendaraan bermotor (KKB), 18,8%, kredit peralatan rumah tangga (12,3%), Kredit Pemilikan Rumah (KPR) (11,1%), dan kartu kredit (0,1%).

Berdasarkan hasil survei periode September 2023, permintaan kredit rumah tangga terutama didukung oleh peningkatan pengajuan KPR. Artinya ke depan masih ada prospek untuk pertumbuhan kredit properti.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting